Purnama kuyup dan gigil di luar
dibasuh rinai yang tak kunjung reda
namun tetap membias seperti biasa
hanya saja parasnya agak memucat
Bulir-bulir air menimpa serta
mengetuk kaca jendela berirama
tak hadirkan gema terlebih
buat rengat pada kaca
Aku terpaku duduk sendirian
menyaksi gerimis luruhkan tangis
di antara seiris miris kuiris tipis
dan laraku merobek waktu di pelipis
Purnama seakan tersenyum kecut
dilecut cemeti sunyi hingga parasnya
dipenuhi lebam di sana-sini namun
tak sejengkal pun ia beringsut
Dari garis edarnya serta
di titiknya tempatnya mendekam
terdiam menyaksi penghuni Bumi
di riuh dan senyap perlintasan hidup
Netraku menangkap hujan yang jatuh
dan menggenang di kolam asaku
menitik setitik demi setitik
hingga mematik dan lubangi
Sepotong hampa yang tersaji
di meja malam dalam diam
yang kuanyam di seutas temali
rasa nyaris putus di sepi menghunus
H 3 R 4
Jakarta, 8/4/2022