Seraut wajah ayu tersaput gincu tebal
setebal berlembar-lembar benci
pada lelaki berdompet tebal
Pikirnya lelaki durjana semua dapat
dibeli dengan setumpuk rupiah
serta kilauan emas permata
Lantas leluasa untuk rebah jadikan
sahaya hasrat serta budak ingin
puaskan dahaga menggila
Hidup layaknya orang berpetualang
melanglang di alam nan bebas
salurkan geliat tarian buas
Di kota yang merupa rimba tempat
kehidupan dipenuhi jelaga
serta noktah hitam
Ditatapnya cermin terbelah dengan
sorot tajam dan bara kebencian
seperti lidah api menjilat
Tumpukan kayu hingga hangus
terbakar dalam selimut pekat
merupa seonggok arang
Jangan mencoba untuk masuk
ke dalam alam pikiranku
ujarnya lirih sebab itu
Terlalu hitam bagimu
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 14/03/2022