Kuntum mawar
tak lagi indah rupa
dahulu ku amat memuja
ranum dikulum molek dipeluk
tak peduli runcing duri-durinya lukai
Kupuja mawar
setinggi langit
setinggi gunung
setinggi tebing
setinggi rasa ku
Namun lacur
apa terjadi mawar
sampai hati bermain api
runtuhkan bangunan rasa ini
porak-poranda hancur lebur jadi abu
Aku muak
aku murka
aku merandang
aku mendendam
aku... aku... aku... Shittt...
Kunyalakan
pematik api dan kusulut
api tampak amat beringas
lamat-lamat mulai melumat
helai demi helai kelopak mawar
Hingga mawar
hangus terbakar dan
menjadi serpihan debu
dihempas angin berhembus
seiring tawar hati ku tanpa isak pilu
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 25/02/2022