"Ra... Will You Merry Me" ujarmu
tiba-tiba kalimat itu meluncur
begitu saja dari sela bibirmu
seraya lekat menatap manik mataku
seperti mencari-cari sesuatu
mungkin serpihan-serpihan percayaku
atau remah-remah hatiku
yang sempat hancur jadi debu
sungguh ucapmu menjadi
kalimat termerdu yang pernah
kudengar disepanjang hidupku
andai dari dahulu mungkin
takkan lain jalan ceritanya
namun bukankah perjalanan hidup
itu menyimpan misteri tersendiri
tak ubahnya dalam kotak pandora
penuh dengan hal yang tak terduga
yang kita sendiripun takkan pernah tau
kemana arah takdir menuju
memahat kisahmu dan kisahku
kau masih menanti jawaban dariku
seraya menatap netra ku tak berkedip
dan tak lama kau raih jemariku
kemudian meletakan dan
merebahkannya dalam
genggaman tapak lenganmu
nan kokoh lalu meremasnya perlahan
Ra... look at my eyes, what you afraid of, let me know...? masih ucapmu
seraya meraih ujung daguku
dan tatap mata kitapun beradu
"Ri... jika mata adalah jendela hati yang mengisyaratkan rasa, dan kau dapat menoleh kedalamnya. Kau akan tahu hati ku dipenuhi sayatan luka dan aku hidup dalam trauma masa lalu. Dan hingga kini luka itu tak kunjung dipertautkan masa." ujar ku lirih dalam hati
tak sadar butiran kristal menggenang di sudut mata, sekuat aku bertahan namun akhirnya tembok pertahananku runtuh jua. perlahan luruhkan air mata
terasa hangat membasahi pipi ku
sehangat kenangan yang memeluk erat
" Ra... don't cry princess, pleaseee"
" it's not the time"
" no more tears"
masih ucapmu dengan suara parau
dan bergetar dengan kental
nada-nada kesedihan lantas
kau rengkuh aku sedemikian erat
seakan tak ingin melepaskan
tatap mata ku sendu bibir ku kelu
ditelan waktu yang mengalun sendu
dalam hidup ku
March 14
February 26
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta, 08/02/2022