Bulatan paripurna nun jauh menggantung
di atap langit pekat sepekat ampas kopi
mengendap di cangkir malam
di sisa jelaga kelam
Ingin ku sentuh paras rembulan perlahan
rasakan dengan ujung tapak lengan
dan resapi alunan senandung
sunyi sebuah simponi
Ku tengadahkan kepala biarkan pijarnya
luruh membias di bening netra dan
lamat-lamat melumat wajahku
buat ku kerap didera rindu
Ingin ku rengkuh rembulan laksana pelita
menerangi malam-malam suram
menyingkap tabir kelam
bermahkota senyap
Acapkali ku nanti kemunculannya sebab
purnama tak pernah ingkar janji
untuk selalu hadir menyapa
tatkala gundah gulana
Di bawah temaram cahaya ku nikmati
seulas senyum purnama merekah
terpahat di lembar ingatan
di catatan keabadian
Paras rembulan sungguh amat menawan
buat hati sang penyair tertawan
meski di bias wajah nan pasi
di antara rona berseri
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 04/01/2022