Tangisan anaknya melengking
menyayat nurani bak sebilah belati
tajam.menusuk teramat pedih perih
Menguliti hati seiris demi seiris
buat serasa nyeri bukan kepalang
menguak luka alirkan getih meradang
Merobek-robek gendang telinga
buat telinga serasa berdenging sebab
tangisannya acapkali disertai rintih pilu
Dibelainya kepala anaknya
dan didaratkan kecupan lembut
sembari menghibur hati sang anak
Yang sedari tadi menangis terisak
memeras kristal-kristal bening dari
kedua bola matanya yang nyaris habis
Lamat-lamat Ia pun jatuh terkulai
hingga pejam lebih dalam berselimut
sehelai lapar meninabobokannya hingga
Lelap dan bermimpi perihal
hidangan di atas meja makan
beraneka rupa menggugah selera
Seraya menahan liurnya agar
tak sampai terjerembab menetes
dari celah bibir mungil dan terbelah
Sementara sang Ibu melangkah
gontai menuju dapurnya miliknya
yang dinding-dindingnya berjelaga
Lantaran dilukis oleh tarian
asap membumbung ke udara dan
menabrak tebal tembok-temboknya
Di atas tungku kayu di antara
bara rakus melumat dan menjilat
Ibu menjerang batu di dalam panci
Berpura-pura tengah memasak
padahal sejatinys takada bahan
makanan bisa diolah dan dimasak
Dengan air mendidih bergolak
hingga batu panas dan sang anak
pun lantas kelelahan tertidur pulas
Di tengah penantian masakan
sang ibu yang tak kunjung matang
hingga berjam-jam dan mata pejam
Memeluk erat selimut lapar
dan sang ibu menyeka air matanya
sembari berdoa dalam hati agar diberikan
Rezeki yang tak terduga
yang entah dari mana datangnya
yang jelas dari pintu-pintu kemurahanNya
Hingga lapar pun hilang
berganti kenyang
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 10/08/2021