Di siang yang terik
bocah beraroma matahari
tak beralas kali berjalan tertatih
memikul berat karung-karung miliknya
Menyembul deret tulang iga
terpampang nyata dibungkus hanya
selembar kulit nan tipis berselimut tebal
bersenti daki mencium seluruh epidermis
Di bawah kolong langit
yang menjadi atap beralaskan
tanah sebagai tempat pijakannya
mengais remah rezeki ditumpukan limbah
Didaki tinggi gunung sampah
di antara pelukan erat beribu lelah
di antara ciuman beling di tapak kaki
di antara sengatan aroma busuk terhidu
Bocah beraroma matahari
tak kenal hari bekerja dan bekerja
demi mengubah keadaan tanpa pernah
berpangku tangan hingga satu hari nanti
Ribuan lelah terbayar sudah
maka dapat merekahkan elok
kuntum-kuntum bunga bahagia dan
kepingan sukacita mendalam diruas hati
Bocah beraroma matahari
saban hari menyaksi liar tarian
debu seakan menampar wajahnya
garang surya membakar legamkan kulit
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 31/7/2021