Pencakar langit nan congkak berdiri
laksana sebilah belati terhunus
sedianya tikam mata langit
Bermandi kerlip pijar cahaya
laksana kunang-kunang
tengah riuh berpesta
Belantara beton mengelilingi
menyumbat kedua telinga
hingga kedap suara
Musnahkan sekeranjang empati
melarungnya hingga jauh
di pesisir kali mati
Kota yang menjual mimpi-mimpi
acapkali mengusik lamunan
dan buat tidur tak lelap
Ingin bertandang menjejakan kaki
di rimba beton milik ibukota nan
kejam lebih dari ibutiri
Serasa ingin singgah guna menjajal
peruntungan dibalik megahnya
mencicipi atmosfer kota
Meski keberadaan berujung dianggap
remah-remah yang menyampahi
setiap lekuk sudut kota
Jakarta dan Ironi buat bergidik ngeri
dengan segala dipertontonkan
hingga harga diri tak peduli
Diletakan dibawah alas kaki dan
tergadai demi lembar rupiah
demi mereguk nikmat
Kehidupan mewah!
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 23 Juni 2021 | 13:46