Untukmu yang acap kali
dijadikan sapi perah
dan tetes keringatmu
dibayar teramat murah
Untukmu yang dicekik
kebutuhan hidup yang
membumbung tinggi
hingga sukar bernafas lega
Untukmu yang dipusingkan
tetek bengek perihal gaji
tak mencukupi harus pandai
putar otak kencangkan ikat pinggang
Untukmu yang tinggal
di lahan sepetak lagi
penuh sesak lantaran
berat bayar uang kontrak
Untukmu yang tubuhnya
serasa ringsek dan kian soak
bertahun lamanya diperbudak
sederet aturan kerja tak berpihak
Untukmu yang bermata kuyu
saban hari kerja berada dalam
ruang serta lingkungan pabrik
pergi pagi pulang hingga petang hari
Untukmu yang tenaganya dihisap
hingga tak bersisa tak ubahnya
robot bernyawa tanpa secuil rasa
peduli dari para pengusaha
Untukmu yang terbelit hutang
guna beli susu dan beras di warung
beras mutu rendahan gali lobang
tutup lobang buat makan harian
Untukmu yang miliki kebutuhan mendesak
bayar uang spp anak menunggak
buat pening kepala dan koyo pun
bak layar tancap bertengger di jidat
Sudah cukup perbudakan
jangan hanya diam pasrah
diperlakukan semena-mena
lantaran lapangan kerja susah
Ayo bangkit kawan masuk barisan
gaungkan menolak upah rendah
jangan hanya bisu dipojokan
tak bergeming di tengah hidup
Yang serasa kembang-kempis
dengan menggenggam belati kecewa
tertancap di dalam dada
para pekerja para buruh
Tersebar di penjuru nusantara
hingga pelosok negeri
negeri yang konon katanya
gemah ripah loh jinawi
Satukan barisan galang kekuatan
perjuangkan hak-hak para pekerja
sebelum keringatnya mengering
dengan sendiri di badan ditiup angin
Demi kata sejahtera bukan
sekedar isapan jempol belaka
mari bergandeng tangan
buat para Kapitalis kelabakan
Tatkala mesin-mesin produksi
terhenti barang sejenak
guna menyalurkan aspirasi
para buruh yang terdzolimi
Biar terhenti sesaat
riuh suara-suara mesin pabrik
serasa merobek gendang telinga
senyap hanya suara nurani menggema
* ) Selamat Hari Buruh Nasional
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 1 Mei 2021 | 08:04