Kujejakan kakiku di pelataran makam di sambut helai kamboja yang luruh ke tanah, kupandangi berjajar makam dengan aneka rupa batu nisan.
Nisan-nisan beku dan kaku memahat nama mereka yang tercinta yang telah pergi mendahului menghadap Sang Pencipta berpulang ke haribaanNya.
Kuseret langkah menuju peristirahatanmu yang damai dengan membawa sekeranjang sekar serta air mawar. Berkibar hijabku dibelai angin menderu.
Duduk bersimpuh menatap batu nisan terukir namamu mengusap dan mengecupnya perlahan dengan hati diliputi berjuta kerinduan tak tertahan.
Di antara embus silir angin dengan khusyuk kulangitkan bait-bait doa tak sadar berderai kristal bening di sudut kelopak mata mengalir di pipi terasa hangat.
Di atas pusaramu aku tergugu menatap sendu sesendu langit di atas kepala memayungiku dengan warna pucatnya. Kian mempertegas syahdu di celah kalbu.
Kutaburi kembang setaman di atas pusaramu bertilam rerumputan nan hijau menguar aroma melati harum mewangi menghuni ujung penciumanku
Hati kecil berbisik lirih seraya kuedarkan pandangan menatap area makam setiap sudutnya yang ada kumpulan para peziarah
tengah mendoakan.
"Teteh... Sayang Dede..."
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 11 April 2021 | 15:35