Di kejauhan tampak bulatan merah tergelincir dari singgasananya setelah lama berdiam diri di kursi tempatnya bertahta.
Memulas semesta dengan guratan jingga pada bentang cakrawala memahat indah tertera pada sajak milik para pujangga.
Nikmati mentari beranjak pulang senantiasa menyisipkan perasaan sendu pada relung kalbu mematri berjuta rindu melarut.
Dalam laju darahku mengalir dalam pembuluh nadiku seraya kuhirup aroma laut terbitkan damai seiring embus angin segara.
Air laut tampak berkilau pantulan bias sang surya menyepuh warna keemasan di antara riak-riak air menciprati buih putihnya.
Riuh sekawanan camar terbang rendah di antara sapuan gelombang memanjang menghempas karang mencipta rongga.
Menyaksi bulatan merah terjerembab menuju pembaringan dalam dekap syahdu meramu bait-bait sendu di detik yang berlalu.
Kau dan Aku duduk bersisian seraya genggam erat jemari seakan tak ingin lepas nikmati eksotika luar biasa terpampang nyata.
Dalam hati berbisik lirih tetaplah berada di sampingku kita nikmati megah yang ada pada bahu senja dengan gaun indahnya.
Hingga kelak menua bersama di dera usia
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 10 April 2021 | 22:59