Jari-jemari nan kekar
melilitkan sarung kotak-kotak
di tubuhku membuat lipatan
Pada sarung yang panjangnya
melebihi tinggi postur tubuhku
menggulungnya hingga sebatas mata kaki
Aku diam tak bergeming
seraya mengamati sesosok lelaki
yang di nadiku mengalir kental darahnya
Betapa teduh sorot mata itu bak
telaga bening yang tiada pernah surut
tempat aku mereguk kasih nan tulus
Betapa rindang tatap mata itu bak
pualam hati yang teramat menyejukan
hingga meresap ke dalam sela sanubari
Aku terus menatapnya lekat
lelaki sahaja berselimut wibawa
berpakaian indah bijaksana
Ayah mengajariku berenang
di samudera kehidupan dengan
menanamkan nilai-nilai kebajikan
Niscaya kelak tak terseret arus deras
kehidupan yang kelak menenggelamkan
sekerat nurani hingga mati
Ayah pada sarung kotak-kotak
yang kutahu bahwasannya disana
terselip kasih sayang seorang Ayah
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 23 Februari 2021 | 19:34