Biarkan Ia:
Pena jiwa memuntahkan
isi tinta hingga tercecer
di secarik pekat
Rahim malam melahirkan
anak-anak kesepian
dalam asuhan purnama
Pena jiwa menari
di altar megah sunyi
bak tarian para Sufi
Dengan gerak memutar
tiada henti iringi puja-puji
di ketinggian langit sanubari
Pena jiwa meliuk gemulai
laksana sang Balerina berjinjit
bergerak dinamis di ujung tumit
Memerdekakan diri guna leluasa
lepas dari belenggu erat mengikat
hasrat milik sepotong atma
Menerabas pakem-pakem yang ada
ikuti kata jiwa merajah aksara
di lubuk hening di sudut senyap
Luapkan asa bergelora
runtuhkan sekat langit imajinasi
hingga bebas berkarya dengan
Mengusung jati diri
pena jiwamu pena jiwaku
sesungguhnya menyatu padu
Maka Biarkanlah:
Pena jiwa menari
meliuk sedemikian indahnya ikuti
bening nurani tak tersaput dengki
Jangan bungkam tarian
pena jiwa biarkan ia terus menyuara
isi jiwa milik si empunya
Bertutur perihal apa saja guna
menuntun pada lembah bahagia
pada daratan suka cita
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 21 Februari 2021 | 17:52