Layaknya seorang
yang tiada berdaya
duduk di kursi pesakitan
Berpasrah diri menerima
bentuk hukuman tanpa
diperbolehkan angkat bicara
Guna lakukan pembelaan
hanya merunduk seraya
sesekali mengangguk-angguk
Ditelannya seluruh hardikan
di atas lengking suara sambil
sesekali menggebrak meja
Pekakkan gendang telinga
dengan raut muka memerah
penuh angkara murka serta
Darah mendidih naik ke kepala
milik seorang pemberang tak jarang
bogem mentah bersarang di wajah
Kepal tinju membabi buta
acapkali mengenai pelipis
mendarat di perut membuat
Sontak kelojotan seketika
disertai suara erangan
hantaman dilayangkan
Sekuat tenaga hingga
mencipta bilur-bilur lebam
di sekitar area mata
Atau bahkan bibir pecah
hingga mengalirkan darah
menyiksa tanpa kenal belas kasihan
Kaum wanita dianggap lemah
seakan hilang sisi humanis
pikirnya kaum perempuan
Pantas diperlakukan semena-mena
dan sekali hantam maka
maka terjungkalah ia
Kaum Adam janganlah berlaku keji
terlebih pada Istri sendiri
menganiaya sesuka hati
Hingga menyisakan bekas lebam
lebam yang terpampang nyata
akibat pembuluh darah pecah
Gurat lebam bisa lenyap dan samar
namun memar di jiwa
akan selamanya tetap ada
Membekas seumur hidupnya
mencipta trauma jiwa
membuatnya merasa tak berharga
Yang tak pantas untuk disayangi
dikasihi juga dicintai dan
mengkerdilkan jiwa
Duhai Kaum Adam engkau terlahir
dari rahim suci seorang wanita
rahim seorang Ibu yang mengenalkanmu
Perihal sebagaimana layaknya
memuliakan kaum perempuan yang
semestinya dilindungi jiwa dan raga
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 20 Januari 2021 | 07:28