Berdiri kokoh Merapi
sebagai pasak Bumi
hektaran lahan padi
bak hamparan permadani
hijau dan tebal selimuti
wajah elok pertiwi
Meringis sayur mayur
di ladang-ladang milik petani
tanah subur dan gembur
ditingkahi aroma pupuk kandang
menyengat penciuman tak
mengurangi takjub mengagumi
Berdiri megah Merapi
dari waktu ke waktu tanpa
secuil menyimpan jumawa
mengukir rangkaian cerita
berbalutan sahaja adat istiadat
terpelihara dari masa ke masa
Merapi Anggun berdiri
menyimpan segudang eksotika
di balik lekuk tubuhnya
mengkrucut di bagian atas
seakan tengah mendongak
menatap wajah semesta membiru
Merapi berdiri mematung
ditingkahi gumpalan payoda
berarak hiasi bentang cakrawala
tak tergerus arus modernisasi
tak bergeming dalam sahaja nan hakiki
memahat atas elok karunia Tuhan
Merapi leburkan congkak
dalam diri menghuni
relung hati insani
hingga musnah tak bersisa
menjadi serpihan demi serpihan
ditelan derap kaki masa
Merapi membawa jiwa-jiwa
tunduk dan takluk pada penguasa
Tuhan pemilik Alam Raya
penggenggam semua yang bernyawa
dan tersungkur dalam lautan syukur
nikmat mana lagi yang kau Dustai...?
Merapi karunia Illahi Robbi
pada sendi kehidupan ini
yang patut disyukuri
kutatap Merapi dari
tempatnya berdiri
tetaplah lestari
***
Hera Veronica Sulistyanto
Jakarta | 21 Desember 2020 | 18:06