Di bawah kolong Beton
di petak rumah Kardus nan sempit
rintihan Lapar seakan menjerit
merobek-robek Langit
Senandung keroncongan
milik tunawisma seakan
sayup-sayup sampai
tak terdengar gaungnya
Terbentur tembok tebal
rasa ketidakpedulian
tersekat kesenjangan Sosial
kian melebar bak Jurang menganga
Senandung keroncongan
seakan riuh menggema
menusuk-nusuk gendang telinga
namun Labirin tak mudah koyak
Di tikam tatap mata penuh harap
dalam geliat tubuh gemetar
menahan dera lapar seiring rintihan
serasa Keji menyayat-nyayat Arteri
Dalam Rumah-rumah kardus
dalam Gubuk-gubuk reot
dalam Bedeng-bedeng kumuh
dalam derita serta kepiluan
Milik Kaum-kaum kusam
yang terpinggirkan, tersingkir
dan terabaikan lantaran keadaan
tak menunjukkan keberpihakkan
Balada Kaum Lusuh tercekik penderitaan
mengakrabi sorot mata tajam
tak ubahnya kilatan mata pedang
menerjang dengan penuh kebencian
***
Hera Veronica
Jakarta | 17 Oktober 2020 | 21:35