Tak kudapati setitik sinar terang pada Netra, pun tak ada bayang berkelebat yang ada hanya selubung Pekat.
Tak bisa kusaksikan seri wajah Buana, dengan rona Mentari senyum tersipa malu menyembul dari barisan Mega-mega.
Tak lagi kujumpai seringai Purnama, mengintip di sela ranting pepohonan. Dengan bias cahayanya yang pucat pasi
Tak dapat lagi kutatap ranum bibirmu nan mungil menyeru namaku, serta sepasang mata jelimu yang cemerlang.
Laksana Kejora indah di tempat nun jauh, yang tak kuasa kugapai. Kini semuanya yang ada hanyalah Gelap.
Seiring Glaukoma merampas Netraku, membuat Duniaku menjadi Gelap seketika. Dan aku hanya bisa meraba.
Wajahmu dengan telapak tanganku merasai hembusan nafasmu, mengenali suaramu serta merasakan kehadiranmu.
***
Hera Veronica
Jakarta | 05 September 2020 | 23:23