Kau terlahir terlebih dahulu, sejak saat itu aku memanggilmu dengan sebutan Abang.
Usiamu dan usiaku terpaut, tak terlalu jauh hanya berselang beberapa tahun saja.
Di nadimu dan nadiku mengalir darah yang sama, sejak lahir ke dunia dan membuka mata
Kita telah menjadi saudara, saudara sekandung dua orang kakak beradik.
Sebagai seorang Abang kau selalu pasang badan, guna melindungiku dari apapun itu.
Satu ketika aku pernah bertanya, tak lelahkah kau menjagaku? jawabmu sungguh,
Di luar dugaanku dan membuatku terpental dalam rasa haru biru yang menyelubungi atma.
Aku akan selalu melindungimu, seumur hidupku hingga hembusan nafas terakhirku.
Begitu ujarmu seraya menepuk bahuku dan menggamit pundakku lalu tersenyum padaku.
Kemudian kita berjalan bersisian penuh kearaban, seiring riuh canda tawa merekah
Kini setelah beranjak dewasa aku memahami arti kata saudara, penuh dengan berjuta makna
Betapa kuatnya sebuah jalinan rasa yang di ikat pertalian darah yang sama, yang di mana
Merah darah mengalir di nadimu dan nadiku, kita saling menjaga satu dengan lainnya.
Berjalan beriringan dan kau gamit lengan di pundak, terbitkan rasa aman dan nyaman.
Abang Padamu Aku Berlindung!
***
Hera Veronica
Jakarta | 03 September 2020 | 15:55