Memandang kota pada malam hari, kerlip lampu berpijar tak ubahnya Bara menyala dikipasi angin.
Ramai lalu lalang pejalan kaki lintasi badan jalan, seiring riuh kehidupan malam yang seakan tiada pernah Mati.
Meski malam kian merangkak naik justru pesta baru saja dimulai, menyuguhkan sisi kelam kehidupan malam.
Menyajikan potret buram dalam selubung aroma Arak menyengat, seiring cercau serta maki, milik mulut busuk pemabuk.
Para pendosa belingsatan bergentayangan laksana Hantu, memasuki pintu-pintu berisi Surga kenikmatan.
Merupa Serigala Bengis nan keji yang tak segan-segan menghunus tajam Belati demi apa yang diingini.
Merupa Ular Berbisa yang lihai mendesis, dengan lidah piawai melontarkan beribu kata dusta.
Merupa Betina Jalang dengan bujuk rayu, di antara bibir bergincu tebal serta kerling Nakal. Porak-porandakkan Iman.
Merupa Bajingan Sangar gemar bertikai serta berganti pasangan, semudah berganti pakaian dengan tubuh terajah.
Kota yang tak pernah tertidur diantara hingar bingarnya kehidupan malam nan Kacau.
Kota yang tak pernah tertidur di antara sesap Candu, serta di antara Bobrok yang kian terpampang Nyata.
Kota para pendosa!
***
Hera Veronica
Jakarta | 27 Agustus 2020 | 00:59