Kupacu Kuda Besiku
membelah jalan berdebu
lintasi pabrik-pabrik besar berdiri
dengan cerobong-cerobong tinggi
memuntahkan asap tebal
dari waktu ke waktu
Yang kutahu
langitku telah tercemari tak lagi biru
berganti hitam pekat tersaput debu
hawa seketika terasa panas menyengat
tak terasa hembusan sejuk
angin menerpa raga
Hati miris bercampur sedih menyaksi
perbukitan di papas
gundukkan tanah di libas
tepi hunian di pangkas
hanya menyisakan secuil
sungguh terlalu !
Bagaimana jika turun hujan deras
tepian tanah akan amblas
sebab tak ada tahanan
tanah-tanah telah di keruk
oleh mereka-mereka
yang serakah lagi kemaruk
Alat-alat berat menduduki bebukitan
siap mengeruk setiap jengkal tanah
membuat struktur tanah rawan longsor
pabrik-pabrik besar angkuh berdiri
dengan cerobong besarnya mendongak
menatap langit membom-bardir
Dengan semburan polusinya
mencipta "Neraka Bumi"
berupa lubang genangan
bekas-bekas galian
gundukan yang terbabat
Aku menatap perih hati rasa teriris
***
Hera Veronica
Jakarta | 31 Juli 2020 | 21:28