Semalam hujan turun amat lebat
mengguyur kotaku tercinta
ditingkahi petir menyambar
Bulirbulir airnya jatuh menimpa genting
berlomba mencipta riuh
berkejaran lalu meleleh di kaca jendela
Terdengar suara gemertak ranting patah
memporak poranda keadaan
yang semula hening sunyi
Hingga dedaunan terpelanting
dari tangkainya masingmasing
memaksaku untuk menarik selimut tebalku
Dan berkemul dalam hangatnya
seraya memejam mata
hingga peri mimpi mengajakku berkelana
Menyusuri pulau kapuk yang teramat empuk
keesokkan harinya tatkala pagi menyapa
seraya kubuka jendela
Kumenyaksi trotoar serta jalanan basah
terdapat genangan air di sana sini
dedaunan terserak di badan jalan
Sebab diterbangkan angin kencang semalam
hujan semalam menyisakan tanah basah
langitpun hingga kini masih digelayuti
Awan kelabu menggurat
lalu kemana sang mentari
tak kulihat senyumnya pagi ini
Menghangati serambi bumi
dengan merekahkan senyum ramahnya
pertanda malam tumbang dan pagi datang
***
Hera Veronica
Jakarta | 15 Juni 2020 | 10:50