Kiper Brazil Julius Cesar (Foto : brasil2014.kompas.com)
Setelah pertandingan melawan Chile di babak perdelapan final, banyak pengamat yang meragukan Brazil bisa meraih sukses munjuarai Piala Dunia 2014 di negeri sendiri. Saat itu disaksikan puluhan ribu pendukungnya, sang bintang yang masih berusia 22 tahun, Neymar, sukses mengambil tendangan penalti kelima sekaligus menentukan kemenangan Brazil dengan skor akhir 4-3 (1-1) sekaligus membuat para fans fanatik Brasil menarik nafas lega. Setelah hampir saja tersingkir di menit-menit akhir perpanjangan waktu oleh tendangan pemain Chile, Mauricio Pinilla yang membentur tiang gawang Julio Cesar. Akhirnya Brasil mengirim pulang Chile dari Piala Dunia lewat adu tendangan penalti.
Ya hanya menang melalui adu pinalti. Sepanjang pertandingan itu kedua tim tidak memperagakan umpan-umpan pendek seperti biasanya bahkan Brasil melakukan serangan secara sporadis lewat umpan-umpan lambung, sedangkan permainan Chile terhambat karena lini serang mereka sering terlambat mengambil keputusan. Walaupun begitu selama 120 menit ternyata Chile mampu menandingi Brazil di semua lini. Selama itu pula Chile sangat merepotkan anak-anak asuh Luis Felipe Scolari. Gol David Luiz pada menit ke-18, membuat Chile tertinggal namun Alexis Sanchez mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-32.
Brazil masih tergantung kepada Neymar terlihat nyata dalam pertandingan tersebut. Beberapa kali pergerakan Neymar dapat dihentikan oleh para pemain belakang Chile. Kebuntuan serangan ini memaksa Brasil sendiri lebih sering memulai serangannya lewat sayap, dan jarang lewat tengah. Ini karena mereka tidak memiliki gelandang yang mampu mengatur jalannya pertandingan. Hal ini juga menyebabkan Neymar tidak mendapat suplai bola yang cukup. Beberapa kali ia mesti turun untuk menjemput bola. Hal ini jelas membuyarkan strategi Scolari yang menggunakan dua striker untuk mengacaukan konsentrasi tiga bek Chile tersebut. Ketika Neymar turun untuk meminta bola, gelandang yang menyisir sayap kanan Chile, Isla, sudah siap di posisinya menghadang pergerakan Neymar sehingga serangan Brasil selalu kandas sebelum menyentuh kotak penalti Chile.
Hasil pertandingan ini menarik perhatian Carlos Dunga, mantan pemain sekaligus pelatih tim nasional Brasil. Carlos Dunga mengungkapkan kekecewaannya terhadap kinerja para pemain Selecao saat menghadapi Chile di babak 16 besar. Bahkan, Dunga tanpa ragu menyebut bahwa Brasil takkan meraih gelar juara dunia jika level permainan mereka tidakbisa ditingkatkan lagi seperti saat melawan Chile. Carlos Dunga mengatakan bahwa penampilan saat melawan Chile merupakan penampilan terburuk Brasil yang pernah dilihatnya sejak tahun1974.
Dunga juga mengatakan bahwa Tim ini lambat, tidak bisa bermain menyebar dan hanya bergantung kepada Neymar. Apalagi kabar terakhir diketahui bahwa Neymar mungkin akan absen saat melawan Columbia diperempat final nanti pada 2 Juli 2014 karena cedera paha saat melawan Chile.
"Saya lihat tim ini tidak akan bisa menjadi juara dunia. Mereka datang ke stadion dan seperti hanya untuk melihat dan menikmati permainan Chile. Mereka tak mampu menyamai ritme dan kinerja Chile." kritik Dunga saat itu memberi komentar ketika dimintai pendapatnya oleh para wartawan. Keraguan Dunga mungkin mewakili keraguan penduduk Brazil.
Lawan terdekat adalah Columbia yang sedang on fire. Los Cafeteros untuk pertama kalinya lolos ke perempat final setelah mengalahkan Uruguay 2-0 di Estadio Maracana, Rio de Janeiro, Sabtu yang lalu 28 Juni 2014. Kemenangan Kolombia berkat penampilan gemilang gelandang muda James Rodriguez yang sukses memborong dua gol. Columbia bukan lawan ringan namun jika Brazil bisa melewati Columbia sudah menuggu lawan yang jauh lebih berat berikutnya disemi final yaitu antara France atau Germany. Melihat kenyataan ini menjadi pertanyaan bagi penduduk Brazil mampukah Brazil juara dunia?.
Sumber Bacaan : Bolanews.com. Tribunnews.com. Republika.co.id
Bandung 29 Juni 2014.