Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Kebisuan Sebuah Terima Kasih

14 Januari 2010   02:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:28 28 0
bila kita kembali kepada masa seorang saya dilahirkan...
dan meruntut setiap detil kehidupan yang telah dilalui,
bersama keluarga, bersama teman, bersama Tuhan,
adakah suatu segmen kehidupan yang terlupakan?
sebuah segmen yang menjadi tempatnya,
bagian mendasar setiap lembar sejarah hidup kita..

dalam hidup saya,
segmen ini sempat tertinggal, sempat terlupakan,
sempat dibunuh..

namun, seiring dengan memudarnya warna setiap helai rambut saya,
suatu epifani menampar pipi kanan dan kiri dan menggoncangkan diri saya

lalu kesadaran mendadak akan kenyataan tersebut membuat saya mengatakan

inilah rumahku

inilah bagian jiwaku

inilah relung terdalamku
di dunia

karena ku sadar, akhirat bukanlah milik ku

di palung terdalamnya aku pernah tenggelam
dan menemukan spesies baru bernama aku

di tatar ini aku pernah hidup
menggoreskan tinta-tinta warna kehidupanku
dari merah, biru, hijau, kuning, hitam dan putih.

di ranah ini aku juga pernah meronce untaian manikam-manikam
manikam indah yang mungkin pernah melukaiku saat ku meroncenya

dan

di tanah inilah, aku pernah dan akan terus terpanggil..

menemukan diriku sebagai pribadi
memungut masa depan yang ditawarkannya
mengukir sejarah hidupku yang tertoreh oleh tinta dan memahatnya dalam prasasti abadi

bukan hanya semata-mata
namun karena mahakarya itu menembus batas manusia ku

mengiris tajam setiap kali ku berkata tidak dalam panggilannya

sampai pada akhirnya,
saat siang ini aku memahat
tidak ada satu pun
tidak ada sepatah pun
juga
tidak ada apa pun
yang membuatku mengatakan

tidak

ataupun

buruk

ataupun

biarkan

bahkan mungkin sampai-sampai membisukan lidahku

hanya untuk menyampaikan
terima kasih terbesar
kepada Khalik
yang membentangkan di depan pelupuk mataku

sebuah zamrud khatulistiwa

bernama

Indonesia

(written 17th Sept 2009)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun