Kadang kala dia melirik ke samping kanan, dilihatnya lama tongkat berwarna abu-abu kecokelatan. Kemudian menyentuhnya dengan hangat, hati kecil seperti mengatakan semoga segera sampai pada yang empunya.
"Apa benar tongkat itu yang akan kubawa berlayar?" Kata sesosok lelaki berbadan tegap lagi ramah.
Sesaat telinga Empu Akatara secepat kilat mengirim pesan masuk ke sel-sel otaknya. Dia mengenal betul suara siapa gerangan. Kepalanya menoleh bola matanya mendadak menatap penuh yakin. "Ki Arnawa." Sapanya.
Dia pun bangkit, meraih kedua lengan teman lamanya itu. Lalu menepuk-nepuknya. "Kapan kau tiba lagi di sini?" tanyanya penasaran.
"Besok lusa. Secepatnya." Jawabnya mantap.
"Aku banyak mendengar cerita dari para warga di dermaga ini jika anak itu pasti akan pulang." Ujar Ki Arnawa pelan seperti berbisik.
"Kami merencanakannya." Seraya mendekatkan kepala.
"Oh." Gumam Ki Arnawa, melanjutkan. "Jadi, bukan dengan mantra Gedruk Bantala?"