Seringkali sebagai seorang Pemerhati ASI, saya menerima pertanyaan terkait dengan produksi ASI yang menurun. Tak jarang para ibu menyatakan bahwa berbagai cara telah ia lakukan, dari mengatur asupan makanan hingga menjaga pengosongan payudara dengan memerah. Sertaberupaya untuk berpikir positif demi menjaga kerja oksitosin menjadi lancar.
Sedikit mengenai hormon oksitosin, dimana oksitosin adalah hormon yang dimiliki oleh tubuh untuk mengeluarkan ASI yang telah diproduksi dalam kelenjar susu dan kerja hormon ini sangat dipengaruhi oleh emosi positif seseorang. Hormon oksitosin dikenal pula sebagai hormon cinta atau kasih sayang atau kepercayaan, dan sebagainya.
Sebagai contoh adalah kasus di bawah ini,
“ Aku merasa cemas, BB bayiku kurang bagus kenaikannya.Ssaran seorang teman yang berprofesi sebagai dokter, bahwa bayiku harus mendapatkan tambahan susu formula :(
Tapi akunya masih idealis, tidak mau menggunakan sufor, lebih memilih mengatur kuantitas dan kualitas MPASInya. Pengaturan menu harus memenuhi 1000 kal per hari, dimana tinggi badannya ideal. Memang sih anaknya aktif , namun beberapa hari ini bayiku juga ogah2an maka. Haruskah kuturuti nasehatnya untuk menambahkan - just for - campuran snack/ MP ASI bayi misalnya? Karena ASIku juga agak menurun kuantitasnya, padahal aku berniat untuk memberikan ASI penuh selama 2 tahun. Ada sarankah? ”
Melihat kasus di atas, sebagai salah satu kasus dari ribuan kasus seperti ini, kalimat yang ditebalkan adalah kalimat yang perlu diperhatikan lebih jauh.
Seringkali kita lupa bahwa seluruh tubuh ini ada yang memilikinya. Tubuh kita, termasuk di dalamnya adalah Air Susu Ibu yang diproduksi oleh payudara seorang ibu, adalah Allah subhana wa ta’ala sebagai pemilikNya. Dan sebagai sebuah kewajiban dari setiap ciptaanNya, sebagai pembuktian penghambaan kepadaNya untuk meyakini bahwa setiap ciptaanNya tiada yang sia-sia dan sempurna.
QS. Ali Imran : 191, dimana Allah subhana wa ta’ala berfirman,
“..Tiadalah yang Kami ciptakan sia – sia..”
Termasuk meyakini bahwa Air Susu ibu adalah makanan sempurna yang Ia persiapkan bagi setiap anak manusia yang lahir ke dunia. Jika Ia telah mempersiapkannya maka Ia pun telah mengatur bahwa Air Susu Ibu tersebut sesungguhnya mencukupi kebutuhan si anak manusia.
Lalu, apakah yang telah terjadi sebagaimana dengan kasus di atas?
Pernahkah Ayah Bunda mendengar nama Dr. Masaru Emoto? Atau bahkan membaca bukunya yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia, dengan judul bukunya “The True Power of Water. Hikmah Air Dalam Olah Jiwa”?
Buku tersebut mengungkapkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama akan perilaku air. Penelitian yang dilakukan selama 2 bulan bersama sahabatnya, Kazuya Ishibashi, Beliau mendapatkan foto kristal air yang dibekukan sampai suhu -25º C dengan menggunakan mikroskop elektron yang disertai kamera berkecepatan tinggi di laboratorium, memberikan gambaran molekul kristal air heksagonal yang indah.
Percobaan demi percobaan terus diulang dengan menggunakan kata-kata, gambar, serta suara. Ternyata air yang memberikan bentuk kristal heksagonal paling indah jika diberikan kata “cinta dan terima kasih”. Lalu jika diberikan kata-kata buruk atau negatif, akan memberikan gambaran molekul yang kacau. Bahkan saat diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga dan ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal menjadi hancur.
Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan ayat-ayat Al Qur’an, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan.
Subhanallah, air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan yang diberikan kepadanya. Menurut Dr. Masaru Emoto, air bersifat bisa merekam pesan seperti pita magnetik atau compact disk dan semakin kuat konsentrasi pemberi pesan maka semakin dalam pesan tercetak di air.
Bagi kaum muslimin, tentunya merujuk pada air zamzam. Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.
“….. Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup…..” (Q.S. Al Anbiya:30)
Dr. Masaru Emoto didalam bukunya tersebut mengungkapkan bahwa manusia adalah air. Dalam proses pembentukan manusia, sel telur yang dibuahi oleh sperma 96% mengandung air. Setelah lahir, 80% tubuh seorang bayi adalah air. Semakin tumbuh dan berkembang, persentase air berkurang dan menetap sampai batas 70% ketika manusia mencapai usia dewasa.
Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air Susu Ibu pun adalah air yang berada dalam tubuh seorang ibu, jika dibayangkan maka bagaikan ASI yang berada dalam “botol” tubuh seorang ibu.
Bila kita renungkan berbagai ayat Al Qur’an terkait dengan perintah menyusui, maka sesungguhnya setiap ibu atau orang lain yang berada di dekat ibu – yang mengatakan bahwa ASInya tidak ada, dan / atau kurang bahkan ada kasus dimana seorang nenek dan ayah si bayi memberikan julukan “Tesong / Tete (maaf) Kosong” kepada seorang ibu menyusui, maka mereka telah memberikan label negatif kepada “botol” tubuh seorang ibu. Dan seringkali tidak menunggu waktu lama, kala akhirnya tanpa disadari ibu pun mengamini bahwa dirinya memang tidak mampu memproduksi ASI, ASI menjadi menurun bahkan berhenti sama sekali.
Inilah peran nyata dari seorang “Breastfeeding Father”, “Breastfeeding Family”, atau bahkan “Mother Support Group”. Memberikan dukungan positif kepada setiap ibu menyusui dengan tanpa henti dan tanpa putus asa. Hikmah yang luar biasa dalam mengolah jiwa positif bagi ibu menyusui, dimana ibu menjaga kepasrahan, keikhlasan, dan keyakinan bahwa ASI yang dimilikinya pasti memenuhi kebutuhan sang buah hati. Apapun yang terjadi, dengan memperhatikan teknik penyusuan (posisi dan pelekatan) yang tepat serta memastikan bahwa tiada kelainan secara anatomi baik pada ibu/bayi, maka hendaklah ibu bersabar untuk menyusui buah hati semau bayi. Kapanpun, berapa lamapun, dan dimanapun bayi ingin menyusu – maka ibu menyusui buah hati dengan jiwa tenang dan penuh cinta.
Perkuat keyakinan bahwasanya Allah subhana wa ta’ala tiada mungkin mendhalimi setiap anak manusia yang lahir ke muka bumi, jangan – jangan diri kitalah yang telah mendhalimi buah hati dengan berputus asa menyusui buah hati.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua Ayah Bunda yang sedang menanti buah hati atau bahkan sedang berjuang memberikan ASI sebagai satu-satunya makanan terbaik bagi anak manusi.
“Human Milk is For Human Babies”
“Breastfeeding is Normal, not The Best”
Alamat situs yang juga menjelaskan tentang bentuk berbagai kristal dari air ini, antara lain:
http://www.thank-water.net/english/project/result20040725.htm
http://www.masaru-emoto.net/english/ephoto.html
http://www.hado.com.au/crystals.htm