Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Berhentilah!! Bicara "Toleransi" di Indonesia

9 Agustus 2013   03:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:30 410 1



“MENJADI INDONESIA adalah menjadi manusia yang bersiap memperbaiki keadaan, tetapi bersiap pula untuk melihat bahwa perbaikan itu tidak akan pernah sempurna dan ikhtiar itu tidak pernah selesai.”

(Goenawan Mohamad — Surat dari & untuk Pemimpin)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Apa yang terlintas dalam benak anda ketika membaca suatu kutipan di atas ?

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kutipan tersebut dan memang sekilas pernyataan itu merasuk jauh ke dalam makna realita indonesia,tetapi yang jadi pertanyaan kenapa ikhtiar perubahan itu tidak pernah sampai pada suatu titik perubahan ?

kita memang dikenal di dunia sebagai bangsa yang menjunjung tinggi adab ketimuran,adab yang menyangkut toleransi,sopan santun dan menjunjung tinggi adat istiadat.tapi bagaimana ketika adab yang memang telah mengakar pada masyarakat kita menjadi "kebablasan" tanpa bisa membedakan penerapan toleransi itu terhadap kehidupan bernegara.

dapat kita lihat toleransi yang tidak pada tempat nya sangat banyak di negeri ini.

-Toleransi Korupsi

mungkin mendengar korupsi sudah tidak aneh bagi masyarakat kita,karna memang kita dapat menemui fenomena ini mulai dari lapisan bawah sampai para petinggi negeri ini.korupsi bahkan telah berasimilasi menjadi budaya yang setiap orang berhak untuk menjunjung nya,korupsi pun sebenar nya telah secara tidak langsung di ajarkan kepada dunia pendidikan kita,dimulai dari sistem Ujian Nasional dimana setiap sekolah berlomba-lomba mencari cara agar anak didik nya lulus dengan memuaskan,entah dengan cara membocorkan kunci jawaban sampai memperbaiki kembali pekerjaan para siswa sebelum di kirim kepusat untuk dikoreksi,sehingga citra yang terbentuk sekolah tersebut berhasil dalam mutu pendidikan nya,dan bagaimana rasa toleransi yang diberikan guru-guru sekolah tersebut telah membuat secara tidak langsung paradigma korupsi itu sendiri kepada para siswanya,

kemudian banyak lagi fenomena-fenomena korupsi serupa di negeri ini yang jika dibahaspun takkan pernah habis nya

-Toleransi Pungutan liar (pungli) dan suap menyuap

pungli mungkin hampir sama dengan korupsi dan salah satu bentuk klasik korupsi kemudian pungli juga setali tiga uang dengan suap menyuap.

Perbedaannya,pada pungli pihak yang meminta lebih aktif,memaksa,tanpa malu-malu dan untuk suap menyuap ialah pada pihak yang memberi maupun menerima biasanya sama-sama aktif,

pungli dan suap menyuap banyak kita temui pada ruang pelayanan publik,sebagai contoh untuk pungli bisa kita lihat pada oknum-oknum yang meminta pungutan di jalan dimulai dari yang berseragam hingga yang tak berseragam kemudian suap menyuap pun telah lumrah bagi masyarakat kita untuk memperlancar urusan nya,bagi si pemberi mungkin hal-hal seperti itu dianggap sebagai upah atau "uang jajan" atas kelancaran urusannya..

-Toleransi kesewenang-wenangan

toleransi yang juga sangat banyak kita jumpai pada bangsa ini,di negeri ini telah banyak kita jumpai kekerasan yang mengatas namakan agama dimana kebanyakan kaum minoritas selalu dianggap salah oleh kaum mayoritas sehingga terjadilah konflik,kebrutalan dan pengrusakan terhadap rumah ibadah,selain itu juga toleransi kesewenangan-wenangan ini juga terjadi terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkedok dan mengatas namakan kepentingan rakyat.

Kemudian banyak lagi toleransi yang "salah kaprah" di negeri kita ini,wajar jika merunut kekutipan diatas yang mengatakan bahwa "ikhtiar perubahan itu tidak akan pernah selesai" karna memang budaya toleransi kita telah banyak dimanfaatkan dan di salah artikan pada konteks penerapan nya dalam berbangsa dan bernegara.sehingga cukup menghambat untuk melakukan perubahan itu.

Yang kita butuhkan sekarang adlah suatu ketegasan dalam segala aspek oleh pemerintah,dan pembentukan masyarakat berkarakter.

dapat kita ambil contoh dengan berita yang ada sekarang bagaimana "ketegasan ahok terhadap pedagang kaki lima tanah abang" disitu juga kita lihat bagaimana banyak pro-kontra terhadap kebijakan tersebut,ahok yang sebenarnya memperjuangkan suatu penegakkan konstitusi malah di cerca oleh pihak-pihak tertentu dengan "embel-embel" memperjuangkan pedagang kaki lima,yang sebenarnya pedagang kaki lima itu sendiri pun mau bekerjasama karena menyadari kebijakan itu untuk kemaslahatan bersama.

karena memang di negeri ini orang yang tegas dan berkarakter selalu dianggap batu sandungan.

marilah berhenti mengatakan toleransi kepada hal-hal yang tidak pantas untuk di tolerir.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hengki Pranata

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun