Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Diversitas Berpendapat: Dari Jalanan hingga ke Media

28 Desember 2013   00:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:25 141 1
Sudah prinsip alamiah setiap orang berbeda, baik secara biologi maupun ideologi. Untuk mengkonsolidasi perbedaan ini, sedari zaman kerajaan sampai sekarang telah banyak diciptakan sistem pemerintahan baik bersifat komunal/kelompok maupun cakupan lebih besar seperti, Fasisme, Komunisme, atau Demokrasi. Setiap sistem pemerintahan yang digunakan akan mempengaruhi sosial-budaya masyarakat, termasuk dinamika berpendapat. Sistem pemerintahan meskinya memperhatikan nilai-nilai kemanusiaan. Namun, ada kalanya pemerintahan lebih memperhatikan hal-hal di luar humanitas untuk mencapai konsolidasi perbedaan yang lebih cepat namun riskan dan timpang. Kita dapat mengamati perbedaan potret dinamika zaman orde baru (orba) dan zaman reformasi. Di zaman orba, dinamika bermasyarakat kaku, dan menafikan nilai-nilai kemanusiaan demi mempercepat konsolidasi, sehingga pemerintah orba mengusung demokrasi yang rapuh. Sementara zaman reformasi, telah terjadi over democration. Lalu lalang perspektif berlangsung vulgar, sehingga kemunculan isu sering ditanggapi berlebihan. Hal ini berdampak pada terciptanya masyarakat yang sensitif dan proaktif berpendapat. Meski demikian demokrasi telah menjajakan obral pendapat, sehingga kesakralan pendapat memudar. Kalaupun masih sakral, itu karena telah mengalami proses perdebatan dari banyak pemikiran, yang menghasilkan kesimpulan. Setiap pendapat berhak datang dari mana saja. Akibatnya sulit membedakan antara pendapat yang konstruktif atau dekstruktif.  Seharusnya dinamika berpendapat dapat berdampak baik. Baik dalam hal ini adalah mengutamakan kepentingan umum ketimbang kepentingan pribadi. Dinamika berpendapat yang efektif adalah dinamika pendapat yang substansif, bukan sekedar sensasi. Sistem pemerintahan demokrasi mesti memperhatikan nilai-nilai keadilan, kebebasan, saling menghormati dan menghargai keberagaman (Idria Reza, dkk. 2012: 83), sehingga menciptakan diversitas media berpendapat, seperti berpendapat dalam pertemuan/rapat, aksi di jalan, melalui surat/pamplet, dan yang laris sekarang berpendapat melalui media, baik mediat cetak ataupun media digital. Demokrasi membuka kran bagi setiap masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya. Namun demokrasi juga telah menciptakan sindrom skeptik menanggapi pendapat yang muncul di masyarakat. Setiap pendapat acap berbau politis praktis. Lihat saja acara dialog dan forum yang ditayangkan oleh beberapa media televise. Beberapa masyarakat biasa saja menanggapi perdebatan yang tampak di layar kaca. Masyarakat berasumsi bahwa perdebatan kadangkala tidak membawa kepentingan masyarakat, namun lebih pada kepentingan kelompoknya. Dinamika berpendapat dengan cara yang beragam telah memasuki babak baru dalam berdemokrasi. Tanpa regulasi yang baik, demokrasi akan bersifat paradoks. Seyogianya, demokrasi berhubungan dengan nilai kemanusiaan, justru akan mengkorek-korek nilai kemanusiaan itu sendiri. Itu artinya demokrasi akan anti-klimaks. Maka dari itu dinamika berpendapat dalam sistem demokrasi, seharusnya memiliki regulasi yang gamblang. Berpendapat dengan Suara di Jalanan Ketika aktif di organisasi kepemudaan (OKP) -sewaktu mahasiswa, berbagai cara berpendapat sering kami lakukan, seperti berpendapat melalui diskusi, penyebaran pamplet di mading-mading kampus, ataupun aksi turun ke jalan, paling akrab dengan aktivis mahasiswa. Kami melakukan aksi turun ke jalan dengan mengfokuskan lokasi di kantor-kantor pemerintahan atau yang berhubungan dengan isu yang hendak disuarakan. Misalnya saja isu kenaikan harga tarif listrik dan maraknya pematian lampu sesuka hati pihak PLN tanpa pemberitahuan sehingga mengganggu kenyamanan pengguna listrik. Kami melakukan aksi turun ke jalan, meyampaikan pendapat dan aspirasi mewakili masyarakat di depan kantor PLN. Aksi turun ke jalan juga pernah kami lakukan di kantor pemerintahan seperti kantor gubernur, jika isu berkaitan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang menyimpang dan tidak memihak kepentingan umum.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun