Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Memaknai "Daging Qurban"

28 Oktober 2012   19:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:17 182 0
selama hari tasyrik, di tahun ini jatuh pada tanggal 26-28 oktober, umat muslim berpesta daging. daging yang dibagi-bagikan kepada kaum du'afa itu menyimpan makna tersendiri bagi kita umat muslim. banyak hikmah yang bisa kita ambil di "hari raya qurban" tersebut.

bagi si kaya, 'daging qurban' akan sedikit berbeda dari sisi pemaknaanya. barangkali mereka sudah biasa memakan daging kambing atau sapi, karena bukan hal yang sulit untuk membelinya. akan terasa ringan jika si kaya hanya memaknai 'daging qurban' sebagai santapan sehari-harinya, walaupun si kaya berperan sebagai "pengqurban". si kaya berkurban seekor kambing misalnya, dan si miskin yang menerima daging tersebut dari si kaya. daging kambing yang di qurbankan tersebut pun si kaya ambil bagian. artinya si kaya dan si miskin sama-sama memakan daging qurban. inilah yang dimaksud makna kebersamaan. semua umat muslim sama-sama memakan daging qurban.

bagi si miskin akan memaknai daging qurban dari banyak sisi. jarangnya si miskin mengkonsumsi daging akan membuat kebahagiaan tersendiri bagi mereka. kedermawanan dari si kaya pun akan di maknai oleh si miskin sebagai hal yang istimewa. istimewa karena si miskin merasa diperhatikan. serasa mendapat keadilan yang selama ini mereka inginkan. makna keadilan inilah menjadi makna kedua dari kata "daging qurban".

menurut saya, makna yang terakhir dari kata "daging qurban" adalah makna religiusitas. rasa keberagamaan ini akan slalu mengiringi mereka umat muslim. mereka akan merasakan ketentraman jiwa dikarenakan bisa mengaktualisasikan ajaran islam melalui daging qurban.

ketiga makna tersebut akan membekas di jiwa kita ketika kita berusaha merenungi bersama arti dari hari raya qurban. bukan hal yang biasa, tapi inilah bukti dari kasingsayang Allah yang di berikan kepada umatnya.

sedikit penjelas, kata si kaya dan si miskin ini hanya sebagai istilah pemeran utama dalam peristiwa "daging qurban". artinya mereka sama-sama bisa memaknai dari posisinya masing-masing. bukanlah menjadi berbeda ketika si miskin dan si kaya itu duduk bersama di depan sang Pencipta. karna bagi-Nya yang membedakan hanyalah kadar iman dan taqwa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun