Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Fragment

23 November 2011   03:45 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:19 53 0
"Lupakan saja perkenalan ini. Ini bukan tidak berarti, hanya saja tidak akan berhasil."

"Apakah begitu?"

"Selalu begitu. Sejauh ini kita tidak konsisten, kau dan aku, seperti burung tak bersarang."

"Oh!"

"Ini mengesalkan. Tapi cukuplah, tidak perlu lagi kita berdebat kan?"

"Oh...!"

"Bagaimana pun kebahagiaan bukan sekdar uang."

"Ha?"

"Tapi bila telah berpisah, biarkan anak-anak memilih, aku atau kau."

"Aku, ibu mereka."

"Aku, ayah mereka."

"Aku akan panggil pengacara hebat."

"Aku akan gunakan uangku."

"Kau egois!"

"Kau juga egois!"

Di balik pintu kamar utama, Arok menguping perdebatan kedua orang tuanya itu. Dia terhenyak. Matanya melotot. Bibirnya bergetar. Dadanya panas. Rasa-rasanya nadi-nadinya hendak meledak satu-satu. Arok kemudian pergi tergesa dengan tubuh bergetar. Melangkah gontai ke kamar adiknya.

"Ayah dan ibu sudah memutuskan..."

"Putuskan apa?" Arda mendengar dengan serius.

"Kita akan digadaikan."

"Hah?"

"Di meja pengadilan."

"Hah?"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun