Lantas, bagaimana ceritanya akhirnya aku bisa berenang? Sederhana saja. Semuanya berawal saat anak pertamaku menginjak usia Balita.
Layaknya kesukaan para bocah, mereka selalu punya ketertarikan yang besar akan air yang menggenang (baca: kolam renang). Awalnya aku tidak terusik dengan nir-dayaku berenang saat menemani anakku ke kolam renang. Aku masih bisa menikmati ikut nyemplung di kolam anak-anak sambil menggendong dan menemani anaku di sana. Tetapi lama-lama, ketika anakku mulai bosan di habitatnya dan pengen terjun ke kolam orang dewasa, aku baru sadar. Ditambah dengan perasaan 'orang lain melihat' (kegeeranku saja) aku yang tiap kali aku nyemplung hanya bisa jalan di kolam sambil sesekali 'pamer' meluncur -selebihnya langsung gaya batu-. Akupun MEMUTUSKAN ... belajar berenang.
Apakah mudah? Tidak. Kesulitan terbesarku adalah karena aku sudah punya rekam dan keyakinan bahwa aku tidak bisa berenang. Itu mental block utama. Jadi pelajaran pertamaku dalam hal belajar berenang adalah mematahkan hal itu. Selebihnya hal-hal teknis seperti belajar mengapung, menggerakkan kaki di air supaya tidak tenggelam, menyelaraskan gerakan tangan dan kaki, mengatur nafas ... adalah keterampilan yang pelan tapi pasti bisa dipelajari.
Puncaknya adalah ketika aku akhirnya berhasil meyakinkan diriku bahwa aku bisa berenang. Di situlah aku merasakan 'keajaiban'. Pelan-pelan aku mengapung, sedikit demi sedikit bergerak maju ... sampai suatu titik aku kagum dan bangga sama diriku bahwa aku bisa bolak-balik mengitari kolam renang.
Perlu waktu berapa lama aku untuk bisa berenang? Ternyata tidak lama. Ketika sudah tahu caranya, dengan cepat otakku belajar. Seingatku hanya perlu waktu 2 minggu -dengan latihan intens tentunya- aku bisa berenang. Gaya yang dikuasai: kodok :)
* * *
Sebuah konsep BELAJAR yang aku dapatkan dari Andrias Harefa dalam bukunya yang berjudul "Mindset Therapy: Terapi Pola Pikir" adalah Learn-Relearn-Unlearn.
Kata LEARN lebih tepat digunakan dalam proses pembelajaran anak-anak. Proses mendapatkan, memperoleh, mengumpulkan informasi, pengetahuan dan keterampilan, dan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai hidup yang relatif baru. Belajar dalam arti UNLEARN adalah meninggalkan, melepaskan, mencopot, atau membuang pelajaran-pelajaran yang ternyata tidak benar, tidak baik, tidak berguna, tidak mendatangkan manfaat, kurang komplit, kadaluarsa, dan ketinggalan zaman. Sedangkan belajar dalam arti RELEARN yakni memperbaiki pengetahuan yang salah, meningkatkan keterampilan yang kurang, meluruskan pemahaman yang keliru, mengadopsi nilai-nilai baru yang lebih dekat dengan kebenaran, dan seterusnya.
Ribet dengan penjelasan di atas? Kalau iya aku coba hubungkan pengalaman berenangku dengan konsep itu.
Aku sejak kecil sampai dewasa LEARN bahwa berenang itu hal yang susah. Dan hasil LEARNku adalah aku tidak bisa berenang. Sampai aku ketemu pemicunya. di mana aku harus banyak menemani anakku saat berenang, aku dipaksa untuk melakukan UNLEARN. Aku membuang keyakinanku bahwa berenang itu susah -aku memaknainya dengan menghancurkan mental block-ku mengenai berenang-. Setelah proses itu selesai, aku melakukan RELEARN dengan memasukkan hal baru bahwa berenang itu banyak manfaatnya sampai menambah keterampilan teknis berenang.
Acceptable-kah pengalamanku dengan konsep ini?
Banyak sekali pengalamanku yang lain -baik di keluarga, dunia kerja, sosial- yang sadar tidak sadar melewati konsep ini. Dan saya yakin teman-teman juga ada pengalaman serupa. Mau share untuk itu?