Saat ini, di tiap minggu malam, kuis tebak-tebakan sosok/tokoh ini dapat kita nikmati kembali di saluran TV swasta Trans 7. Pembawa acaranya pun lebih fresh dan update: Ananda Omesh.
Dulu waktu saya kecil. Saya sering menonton kuis ini. Walaupun kuis Siapa Dia ini adopsi dari kuis what's my line yang di siarkan di Amerika Serikat pada era 1950-an hingga 1970-an, saya tetap suka. Selain merangsang otak untuk menerka-nerka, juga bisa buat hiburan.
Ada salah satu episode kuis Siapa Dia pada tahun 1990-an yang paling berkesan dan masih melekat di benak saya hingga saat ini. Episode yang mendatang anak mantan presiden Indonesia (Soekarno) di kuis tersebut. Saya lupa, antara Guntur atau Guruh Soekarno Putra. Pokoknya antara dua orang itu bintang tamunya.
Aturan main dalam kuis itu adalah peserta diintruksikan untuk menebak siapakah tokoh yang didatangkan dalam acara tersebut. Mulai dari menebak tokoh yang memperlihatkan wajah 1/4 saja, hingga menebak siapa bintang tamu yang dihadirkan pada saat itu.
Nah, pada saat anak Soekarno itu jadi bintang tamu, dan dirahasiakan identitasnya, peserta diintruksikan untuk menanyakan clue-clue yg sekiranya dapat dijadikan dasar untuk menebak siapa tokoh tersebut. Peserta menanyakan dari profesi hingga asal daerah tokoh yang dirahasiakan.
Ketika peserta kuis bertanya kepada tokoh yang dirahasiakan (yaitu anak Soekarno) tentang dari mana asal daerahnya, anak Soekarno itu menjawab; INDONESIA. Hingga dua kali ditanya dari mana asal daerahnya, putra Bung Besar itu tetap menjawab; INDONESIA. Sampai penilaian final, peserta kuis tersebut tidak dapat menerka tokoh yg dihadirkan saat itu, lalu mereka menyerah.
Lalu disuruhlah anak Soekarno tersebut keluar dari balik layar, karena peserta tidak dapat menerka siapa dia sebenarnya. Baru sadarlah para peserta bahwa sosok misterius yang sulit diketahui asal usul daerah dan etniknya itu adalah putra dari Bung Karno.
Ini yang paling membuat saya takjub! Putra Bung Besar ini tidak mengaku berasal dari Blitar, Bali ataupun Bengkulu, tapi mengaku berasal dari INDONESIA!. Saya menerka, inilah salah satu ajaran nasionalisme dari Soekarno kepada anak-anaknya.
Bagi saya, inilah sikap nasionalisme seperti inilah yang seharusnya diamini dan disikapi oleh warga Negara ini : Mengaku sebagai putra Indonesia. Ini yang krisis saat ini. Lalu bagaimana dengan sikap nasionalisme anda? Apakah seperti anak Bung Karno? Atau seperti kebanyakan khalayak yang mengaku nasionalisme dengan cara membela tim sepakbola nasional atau menikmati produk-produk buatan Indonesia tapi dalam hati dan ucapan tidak mengaku INDONESIA, tapi sebagai putra/putri daerah A, B atau C?
Coba Tanya pada diri anda sendiri, apakah ketika berkenalan dengan orang lain, anda mengaku berasal dari Indonesia? Apakah anda masih lebih suka menyebut etnis dan daerah anda berasal ketika berbicara dengan kenalan anda? Apakah dalam benak dan hati anda etnik dan suku anda yang lebih superior ketimbang bangsa anda? Jawaban ada pada diri kita masing-masing. Sikap nasionalisme menurut saya bukan sekadar tentang membela tim sepakbola nasional atau membeli produk buatan dalam negeri![]