Khansa (20) mengangkat topik ini agar dapat diberikan karena menurutnya masih sangat minim edukasi terkait dengan BHD di masyarakat umum, "Jangankan masyarakat di desa, teman-teman yang di kota saja tidak familiar dengan BHD itu apa," tuturnya. Ia juga mengangkat topik ini berdasarkan latar belakang yang ia miliki terkait BHD dan PP, dimana dia merupakan Koordinator Tim Respon Cepat FISIP UNAIR yang sering menangani kejadian-kejadian di lingkup kampus yang membutuhkan pertolongan medis. Kegiatan edukasi ini juga sudah dirundingkan sebelumnya bersama Bidan Desa Gadingwatu, yang akrab disapa Bidan Umi. Ia menyebutkan, "Edukasi BHD dan PP saya rasa merupakan inovasi yang cukup menarik, nyaris tidak pernah ada edukasi atau mahasiswa yang datang membawa isu ini kepada masyarakat khususnya di sini (Desa Gadingwatu)."
Kegiatan edukasi ini dilaksanakan di Balai Desa Gadingwatu, Kecamatan Menganti, Â pada hari Minggu, 21 Januari 2024. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh masyarakat desa khususnya para pemuda desa. Dalam kegiatan ini, Khansa menjelaskan mulai dari mengapa ini (BHD dan PP) sangat perlu diketahui oleh masyarakat, serta bagaimana penatalaksanaannya yang benar. Ia menekankan prinsip sesuai pedoman American Heart Association (AHA) yaitu *"DRS ABC"*, yang terdiri dari Danger, Response, Send for Help, Airway, Breathing, Circulation. Â Tidak luput, ia juga memberikan peragaan teknik melakukan RJP yang berkualitas agar dapat dipahami dengan mudah oleh para audiens. Ia menjelaskan bahwa betapa krusialnya melakukan prinsip ini dengan golden time yang terbatas yaitu 5 menit untuk menyelamatkan korban henti jantung/nafas sebelum mendapatkan pertolongan medis lanjut. Ia menyebutkan kesalahan kadang yang terjadi di masyarakat ketika terdapat kejadian darurat medis, karena terbatasnya pengetahuan yang dimiliki mereka tidak melakukan tindakan apa-apa hingga korban tiba di fasilitas kesehatan. "Dalam kasus henti nafas dan henti jantung, tiap detik itu sangat berarti, jangan sampai diperjalanan ke rumah sakit kita hanya diam saja dan berpasrah dengan tim di IGD, padahal di perjalanan kita dapat membantu dengan BHD," tuturnya.
Khansa juga memperkenalkan layanan yang ternyata masih belum diketahui oleh masyarakat khususnya Desa Gadingwatu, yaitu Public Safety Center atau *PSC 119* yang merupakan layanan pre hospital, Â ambulans gawat darurat yang disediakan Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik yang tersedia 24 jam dan tanpa pungutan biaya. Harapannya masyarakat dapat memanfaatkan fasilitas ini sebaik-baiknya terutama dalam menemukan kejadian daruat medis. Selain BHD tadi, ia juga menjelaskan penatalaksanaan pertolongan pertama lainnya seperti penanganan luka, pingsan, kejang, sesak nafas, tersedak, hingga kasus trauma. Tidak banyak hal teknis yang dijelaskan, yang terpenting ialah agar masyarakat dapat dengan mudah memahami prinsip pertolongan yang tepat. Dalam kegiatan ini juga terdapat pertanyaan dari salah satu pemuda desa, Prasetyoadi yang menanyakan apa yang harus dilakukan jika menemukan kasus kaki tertusuk paku. Khansa menjelaskan, bahwa sesuai pedoman pertolongan pertama yang pasti selalu fokus pada hentikan perdarahan dan jangan pernah mencabut benda yang tertanam. Hal ini guna menghindari risiko yang dapat memperburuk kondisi luka. Di akhir sesi, Khansa juga menjelaskan terkait dengan satu bahasan yang menjadi titipan dari perangkat Desa Gadingwatu, yaitu mitigasi bencana. Ia menjelaskan pentingnya mitigasi bencana, persiapan-persiapan awal, pembentukan tim tanggap darurat dan peralatan, serta prosedur dan skema tanggap darurat apabila terjadi bencana. Hal ini mengingat bahwa menurut laporan, di desa ini pada musim hujan kerap terjadi banjir yang menggenang di beberapa area pemukiman.
Kegiatan edukasi ini pada akhirnya mendapatkan respon positif dan juga apresiasi baik dari para peserta yang hadir langsung dalam kegiatan ini, serta pada saat Tim BBK 3 UNAIR Gadingwatu melakukan pemaparan Seminar Hasil di Balai Desa pada 28 Januari 2024 lalu. Begitu juga, apresiasi yang disampaikan langsung oleh Mukayat, Sekretaris Desa Gadingwatu. [Tim Redaksi]