Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Alami Stagnansi, Sepakbola Indonesia Makin Tertinggal di ASEAN

26 November 2014   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:48 81 0
Mungkin sudah ratusan kali kita mengkritik PSSI, tapi sepertinya tidak pernah digubris. Susah memang kalau pengurusnya nyambi juga jadi pengurus Partai Politik.

Sedih ya lihat tim kita dipermainkan oleh Filipina, yang sebelum 2010 selalu jadi makanan empuk bagi Timnas kita. Tapi mau bagaimana lagi, karena perkembangan sepakbola kita di level senior memang stagnan. Di level Junior meski miskin atensi PSSI tapi untungnya pihak swasta justru lebih suka mensupport sepakbola di level ini (mungkin karena masih lebih polos dan murni dan tidak diribetkan oleh PSSI), di level ini kita bisa dibilang tidak tertinggal jauh bahkan di level dunia sekalipun. Namun bila diibaratkan 2 mesin, satu diberi bahan bakar murni dan satu bahan bakar campuran, kita bisa tahu mana mesin yang lebih bagus. Tidak ada tindak lanjut yang konkrit dari PSSI banyak menyebabkan talenta yang tersia-siakan karena tidak pernah mencapai potensi maksimal.

Apalagi di level senior, kualitas kompetisi banyak menentukan level tim nasional senior. Mari kita tengok di tetangga. Liga Thailand mungkin yang terbaik di ASEAN, dan di level klub bahkan sering merepotkan tim mapan Asia Timur di liga champion asia. Vietnam, walau ada skandal pengaturan skor, tapi mereka sangat serius berbenah dan mereformasi liga mereka, kini mereka bekerjasama dengan J-League untuk mengelola Liga menjadi lebih baik lagi. Malaysia, liga mereka lebih rapi dan tertata dan siap secara finansial. Filipina? Nah mungkin kalian tidak pernah mendengarnya, beberapa tahun lalu mungkin hanya diisi instansi dan universitas, tapi sekarang sudah berganti jadi Liga dengan klub-klub profesional, dan banyak pemain naturalisasi mereka bermain di sana karena mereka didorong untuk memacu persepakbolaan di sana bersaing dengan basket dan tinju, kalau dikelola benar kemungkinan kualitas pemain lokal di sana akan meningkat dalam beberapa tahun ke depan. Myanmar, mereka juga serius untuk meningkatkan level kompetisi mereka.

Jujur kalo kompetisi di Indonesia tidak dikelola dengan baik ditambah kurangnya perhatian di level grassroot, bisa jadi Indonesia bakal jadi bulan-bulanan tim lain di ASEAN.

Poin saya intinya:

PSSI perlu menggelar kompetisi usia muda secara reguler dan berjenjang di setiap kelompok umur.

Memperbanyak tenaga kepelatihan yang berlisensi. berikan beasiswa ke mereka supaya mengerti cara dan tehnik latihan modern yang efektif sehingga bisa mengajarkan ke talenta muda cara bermain sepakbola yang benar dan efektif (bukan grasa-grusu seperti sekarang).

Keseriusan dalam membuat klub-klub di Indonesia menjadi profesional. Perlu ketegasan, seperti hukuman pengurangan poin untuk tim yang menunggak gaji bahkan degradasi bila dilakukan berulang. Karena banyak mindset pengurus klub yang keliru, kontrak pemain seenaknya urusan bisa dibayar lunas atau tidak dijalani dulu sambil cari penyokong dana. Mestinya kalau manajemen profesional, mereka sudah bisa estimasi pengeluaran akomodasi kita segini, pemasukan penonton kita kira" segini, dari situ saja kita bisa dapat estimasi kasar berapa budget untuk gaji pemain.

BTN, perlu menggelar uji coba secara teratur untuk setiap ada kalendar international friendly dan itu untuk setiap kelompok umur Timnas junior - senior. Bila tidak ada bantuan EO yg mendatangkan tim besar, bisa mengundang tim tetangga sebagai benchmark perbandingan kekuatan kita di level regional. PT LI pun musti sigap dalam membuat schedule di liga sehingga ini bisa diwujudkan.

Terakhir, Pengurus PSSI mohon pilih salah satu mau berpolitik atau ngurus bola, jangan sepakbola dipakai alat politik. Mohon legowo untuk mundur salah satu. Tapi alangkah baiknya bila yang ngurus sepakbola diberikan kepada memang yang profesional dan kompeten ngurus sepakbola.

Sekian uneg-uneg saya. Curahan kekesalan saya dengan stagnansi sepakbola kita.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun