Pada satu edisi harian Kompas tahun 1974, Prof Dr Ir Andi Hakim Nasution menulis artikel tentang pendidikan di IPB setingkat Master of Science di Amerika Serikat. Institusi itu beliau sebut Sekolah Pasca Sarjana, mungkin terjemahan dari istilah Amerika Graduate School, sedangkan gelar lulusannya disebut Magister Scientiarum, belakangan resmi disebut Magister Sains. Rencana besar Profesor Andi Hakim Nasution saat itu menjadi landasan atau mungkin acuan pendidikan tinggi nasional yang kemudian mengenal istilah Sarjana Strata 1 (S1), S2 dan S3.
Pendidikan Pasca Sarjana terstruktur pertama di Indonesia sepengatahuan saya dimulai tahun 1975 dengan dibentuknya Sekolah Pasca Sarjana (SPS), yang saya ingat satu jurusan yang banyak peminatnya adalah Statistika Terapan. SPS saya duga sebagai rencana berikut pak Andi Hakim Nasution setelah beliau dan IPB memperkenalkan program sarjana 8 semester yang pertama di Indonesia pada tahun 1972. Sedangkan program pendidikan doktor yang sebelumnya diselenggarakan by research, dimodifikasi menjadi program 'sekolah', dimana peserta program doktor menjadi mahasiswa kembali, masuk ruang kuliah, selain tentu membuat penelitian untuk disertasi doktornya.
Sebelum tahun 1972, pendidikan sarjana diselenggarakan enam tahun, paling tidak yang saya ketahui di IPB, FKUI, ITB, Fapet dan Faperta Unpad, Fapet dan Fahutan UGM, dimana beberapa teman seangkatan dan kakak kelas di SMA kuliah. Jenjang pendidikan terdiri dari tahap Sarjana Muda dan Sarjana Lengkap. Setelah 1972 pun masih banyak perguruan tinggi yang menyelenggarkan pendidikan sarjana selama enam tahun. Para lulusan sarjana program 6 tahun ini dalam ijazahnya ditulis 'berhak mempertahankan disertasi doktor', kira-kira begitu ijazah Sarjana Perikanan milik kakak sulung saya. Lulusan doktor by research yang saya duga model pendidikan zaman Belanda, salah satu yang dikenal di Indonesia adalah Dr Ir Toyib Hadiwijaya, lulusan Fakultas Pertanian UI (kemudian jadi IPB), mantan Rektor IPB, mantan Dubes RI di Belgia dan mantan Menteri Pertanian Kabinet pak Harto pada awal beliau berkuasa.
ITB seingat saya mulai memperkenalkan program sarjana 8 semester awal 1970an juga, hanya berdasarkan pengetahuan empiris, beberapa belas teman seangkatan -masuk 1974 dan 1975- lulusan ITB baru tamat setelah sekolah enam tahun. Demikian pula dua orang teman SMA baru tamat dari FKUI setelah sekolah 6 tahun. Di FKUI dulu setelah tingkat 5 mereka berhak menggunakan gelar Drs Med., serupa di Fakultas Kedokteran Hewan mahasiswa setelah tingkat 5 mendapat gelar Drs Vet. Med. Mungkin ada yang ingat Drs Asrul Sani pelaku seni film, beliau seingat saya salah satu Drs Vet. Med. dari FKH Bogor.
Salah satu sudut memori saya juga mengingatkan :
- Suatu hari saya membaca berita di koran Kompas mungkin tahun 1970an akhir, FE UGM mengundang calon peserta program doktor ekonomi, dengan syarat sarjana dari pelbagai jurusan dan lulus tes. Seingat saya dari sejumlah calon peserta yang lulus, satu diantaranya seorang Letnan Kolonel Angkatan Laut bergelar Insinyur. Mungkin program doktor ekonomi UGM ini juga salah satu pionir penyelenggaraan pendidikan pasca sarjana di Indonesia.
- Pada awal 1970an ITB pun secara rutin telah menyelenggarakan Pasca Sarjana Jalan Raya, iklannya pernah saya baca di harian Kompas.
- Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (LPPM) di Jalan Menteng Raya no 9 Jakarta, pada tahun 1967 pernah menyelenggarakan semacam graduate school model Harvard Business School selama dua tahun. Program ini sempat terhenti lama karena biayanya terlalu mahal, untuk kemudian dimodifikasi menjadi Graduate School selama 10 bulan dengan nama Wijawiyata Manajemen sejak tahun 1977. Itulah cikal bakal program Magister Manajemen di Indonesia.