Seorang salesman dan seorang politisi mempunyai cara atau strategi yang mirip untuk menggolkan 'barang dagangannya'. Yang namanya strategi tentu macam-macam, tergantung kekuatan yang dimiliki si salesman atau si politisi, tergantung siapa yang menjadi pesaing, tergantung siapa yang akan membeli.
Pada tahun 1980an (mungkin sampai sekarang) seorang salesman mesin fotokopi merk terkenal berpenampilan rapih, berdasi, mendapat fasilitas kendaraan roda empat, pendidikannya pun sarjana dari pelbagai jurusan. Tujuan perusahaan menampilkan salesman yang keren untuk meyakinkan calon pelanggannya akan kebonafidan perusahaan dan produk yang dijualnya, termasuk jaminan after sales service yang OK banget.
Cerita yang berbeda saya dengar dari seorang sales manager produk yang sama di Tokyo. Ketika ia masih seorang salesman, ia tidak menampilkan diri dengan dandanan rapih bak seorang karyawan bank. Di Jepang kendaraan seorang salesman adalah kendaraan umum seperti kereta api dan subway, jarang-jarang menggunakan mobil pribadi seperti rekannya di Indonesia. Agar calon pembeli terkesan ia seorang pekerja keras, ia akan sedikit mengacak-acak rambutnya, bajunya, lalu baju lengan panjangnya digulung sampai siku, keringat di wajah dibiarkan tidak dilap sampai kering sama sekali. Menurut salesman-san calon pelanggan di sana lebih menyukai orang yang terkesan pekerja keras dibanding salesman berpenampilan dandy.
Bagaimana dengan gaya politisi meyakinkan pihak lain, baik mereka kawan sekubu (sekarang sedang populer istilah koalisi) maupun lawan-lawan politiknya atau pihak-pihak yang dianggap netral yang diharapkan berpihak pada dirinya. Contoh konkritnya saja kasus pemilihan pimpinan DPR pada 1 Oktober lalu, KMP karena merasa kuat di Parlemen, dengan percaya diri tak mau berkompromi dengan pihak manapun dalam mengajukan paket pimpinan DPR, Ketua dan empat Wakil Ketua DPR diajukan dari kubunya sendiri ditambah satu dari kubu Partai Demokrat yang sejauh ini tidak resmi bergabung dengan kubu manapun. Diplomasi ini ternyata berhasil, walaupun pihak yang kalah, Koalisi Indonesia Hebat (KIH) yang terdiri dari PDIP-Nasdem-PKB-Hanura, menunjukkan sikap keras juga dengan melakukan walk out, katanya tak mau bertanggungjawab atas pemilihan pimpinan DPR tersebut.
Bagaimana dengan strategi pihak KIH, dalam pemilihan pimpinan MPR hari ini, 6 Oktober 2014? Walaupun menjadi pemenang pemilu legislatif (meraih suara kurang dari 20%), PDIP sebagai pimpinan KIH kali ini tidak melakukan strategi frontal seperti di DPR, karena kemungkinan besar tidak akan menang melawan KMP, sekalipun kali ini ada penyeimbang yang bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD) beranggota 132 senator yang mewakili daerah-daerah.
PDIP melalui putri mahkotanya Puan Maharani menyatakan pesimis akan mendapat tempat dalam paket pimpinan MPR bila pemilihannya masih seperti di DPR, berikut ini apa kata Puan (Inilah.com) :
- Kami tetap berjuang agar dimungkinkan PDIP dapat mengajukan satu paket di pimpinan MPR,kata Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani setelah rapat di Kantor DPP PDIP Jalan Lenteng Agung, Jumat (3/10/2014).
- Menurutnya, niatan untuk mendapatkan posisi di MPR agar nantinya PDI Perjuangan bisa mengawal jalannya demokrasi di pemerintahan Jokowi-JK.
- Namun Puan mengaku pesimis jika proses pemilihan MPR ini sama seperti proses pemilihan pimpinan DPR.