Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Artikel Utama

Slash Penuhi Janji

2 Agustus 2010   06:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:23 713 0
Janji Slash jelang double-bill konser di Indonesia, Jakarta dan Surabaya, adalah untuk membawakan lagu-lagu yang merupakan portfolio karir bermusiknya. Berarti setidaknya akan ada lagu dari album solo yang tengah dipromosikannya ini, Velvet Revolver, Slash's Snakepit dan tentunya Guns N Roses. Nama terakhir adalah salah satu daya pikat utama bagi penikmat musik di Surabaya. Kota Pahlawan kali ini menjadi destinasi kedua dari tur Slash di Asia setelah Hong Kong. Penikmat musik di Surabaya tentu akan masih lekat ingatan dengan band yang dua dasawarsa lalu berjuluk "The Most Dangerous Band in the World", dengan Slash dan Axl Rose sebagai ikonnya. Pada tur kali ini Slash membawa Myles Kennedy, vokalis versatile yang turut menyumbang dua lagu dalam album solo (Back from Cali, Starlight) disamping karirnya bersama Alter Bridge, yang juga beken di Indonesia. Range vokal Myles segera mendapat ujian kala membuka konser di Jatim Expo, Surabaya (31/7) kemarin dengan Ghost. Kemampuannya terbukti. Gaya bariton Ian Astbury dilahapnya tanpa cela. Slash sendiri, dengan kaos putih kutung bergambar Sid Vicious, mengiringi lagu pembuka dengan gerak-gerak dinamis, dari ujung ke ujung, memeragakan duck walk ala Chuck Berry dan aneka pose gitaris yang menjadi santapan Blackberry serta ponsel kamera audiens baris muka. SHUFFLED Shuffling katalog menjadi menu berikut kala berturut dilantunkan Mean Bone (Slash's Snakepit), Night Train (Guns N Roses/GNR), dan Dirty Little Thing (Velvet Revolver). Myles Kennedy lancar membawakan bermacam karakter vokal yang dulu disuarakan oleh Rod Jackson, Axl Rose dan Scott Weiland. Jadi tentu ia tak akan kerepotan membawakan lagunya sendiri Back From Cali di set lanjut. Pitch tingginya yang sempat membawanya tampil cameo di film Rock Star mudah dibabatnya. Dari sekian, sambutan paling meriah tentu kala Night Train mengumandang sebagai lagu perdana yang berasal dari katalog GNR. Mesin waktu membawa ke alam '90an kala Myles memberi indikasi lagu selanjutnya, Beggars & Hangers-On. Lagu yang diambil dari debut album Slash's Snakepit tersebut ternyata hanya batu perantara sebelum audiens diajak melancong lebih dalam ke awal '90an. Ia mengajak audiens untuk bersiul mengikuti intro gitar Slash yang kala itu mendendangkan lagu legendaris GNR dari Use Your Illusion. DOUBLE-TREAT Sans kutipan "Cool Hand Luke", bait Civil War mengalun mantap lewat vokal Kennedy. Dibawakan lengkap dari verse awal sampai akhir, sonata ironi perang ini ditutup dengan parade wah-pedal yang melagukan "Voodoo Child" milik almarhum Jimi Hendrix dari Gibson LP cokelat si gitaris kriwil bernama asli Saul Hudson tersebut. Jelajah waktu kembali bawa mundur, ke era '80an akhir kala "Appetite for Destruction" sukses membawa glam/hard rock ke pinnacle era mereka. Rocket Queen disuguhkan dengan Myles sangat sukses membawa hi-pitch vokal Axl ke audiens. Flawless! Double treat GNR ditingkahi dengan Velvet Revolver ganda. Fall to Pieces dan Sucker Train Blues muncul back to back. Onservasi dari lagu terakhir, akhirnya missing ingredient terlihat sudah. Fakta bahwa Slash bekerja sebelumnya dengan vokalis luar biasa eksentrik menjadi suguhan tersendiri kala konser. Sementara Myles lebih ke sosok low-profile yang "let the voices do the talkin'". Celakanya, hal seperti ini kadang malah membuat karakternya menjadi kurang kuat. Imej Scott Weiland menghisap ganja sambil memunggungi audiens kala intro Sucker..., misalnya, sudah lekat dengan citra lagu tersebut: groovy, wild, raw, nakal. SLASH'S HENCHMEN Sucker... juga menjadi panggung inisiasi bagi band yang dibawa Slash. Bobby Schnek tampak seperti perpaduan Malcolm Young dan Tom Hamilton kala mengawal ritem dari sisi kanan panggung (band's perspective). Tom Montana, basis (khusus tur Asia dan Australia) sekaligus backing vocal utama ada di "kapling" para bassist, yakni tengah panggung. Sementara Brent Fitz yang memukau dengan gebukannya diberi jatah drum-solo sebelum Slash mengakhiri Sucker.... Tradisi drum-solo ini memang ritual wajib dari band-band Slash. Matt Sorum mendapatkan jatah serupa kala di GNR dan Velvet. Kinerja Brent, drummer asal Kanada, tak lantas usai karena lagu selanjutnya memerlukan kepiawaiannya. Nothing to Say yang ditulis M Shadows, frontman Avenged Sevenfold, di versi albumnya bernuansa heavy metal kental dengan penggunaan beat kencang pada drum. Brent yang memakai single pedal harus menutup rapatnya tempo untuk mendekati versi aslinya. Tapi pada akhirnya, lagu ini luruh juga jadi lebih bernafas hard rock karena layer vokal Myles juga tak setebal M Shadows. Lagu yang cocok untuk Myles memang lagu yang membutuhkan hi-pitch tipis seperti Starlight yang menyusul kemudian, sebelum berlanjut ke nomor instrumental Watch This, dimana ia menunjukkan kepiawaiannya memegang enam senar. GUITARRA! Set instrumental tampaknya menjadi hint untuk sang maestro beraksi. Selepas Watch This, para personil undur sementara untuk membiarkan Slash sejenak menyapa "Surabaya, what's up?", sebelum menerus ke aksi solo-gitarnya. Slash memeragakan segalanya. Palm muting yang menggiring ke intro "Won't Get Fooled Again" (The Who), tapping, ritmis blues, shredding dan atraksi virtuoso lainnya. Tapi Slash bukan dihormati karena virtuositasnya. Ritualnya kala melakukan solo-gitar menunjukkan hal itu. Sekitar 5 menit melemaskan jari, sebaris melodi menyayat muncul. Adalah karya melodis klasik karya Nino Rota yang sangat pas menggambarkan kisah Vito Corleone dalam kisah Godfather. Nino Rota adalah komposer yang sangat digemari Slash. Ia mempengaruhi dalam frame komposer melodis. Dari aspek itulah Slash melegenda. Lagu yang secara tradisional melanjutkan solo gitarnya adalah parade kemampuan melodis gitaris kelahiran Stoke on Trent ini. Sweet Child O'Mine sejatinya adalah karya yang dibuat Slash tanpa tujuan serius, berupa lick solo gitar pada intro. Meski secara struktur lagu memang "easy listening", nafas melodi dari awal sampai akhir di lagu inilah yang membuatnya menjadi ikonik. Status ikon kian sahih kala sambutan audiens terbukti "meledak" ketika intro Sweet Child dilagukan. Dari awal konser, sahutan untuk lagu ini memang santer terdengar. ENCORE Di bocoran setlist tur sebelumnya, bilangan 16 menutup daftar main set sebelum menginjak encore. Seharusnya selepas Sweet Child, saatnya band undur sejenak untuk encore. Namun nyatanya Myles malah kembali menenteng gitar untuk melagukan Rise Today, lagu Alter Bridge yang menyempil antara katalog Slash. Set baru benar-benar ditutup kala Slither digemakan ke sudut auditorium. Single Velvet Revolver dari Contraband ini rupanya cukup banyak penggemar, yang menjadikannya sebagai sesi interaktif yang cukup menarik. Usai Slither, kelima personil band undur sejenak. Membiarkan ritual encore - teriakan "We want more!" dan setting instrumen. Tak berselang lama, Slash kembali bersama Myles melayangkan baris riff dan nyanyian yang merupakan intro By the Sword, single pertama album solo yang digarap bersama Andrew Stockdale, vokalis Wolfmother. Energi Myles tampak terkuras di lagu ini, dan kurang match dengan power Stockdale. "By the Sword" ditaruh pada encore mungkin untuk memberi sesuatu yang dinanti audiens. Status sebagai single pertama seharusnya membuat airplay lagu cukup banyak ini sebagai representasi album. Tapi faktanya, di Surabaya, Paradise City lebih bergaung. Bagi kalangan lama, versi aslinya tentu masih memorable lengkap dengan video BW dengan Axl Rose di dalamnya. Di pendengar baru, versi bersama Fergie dan Cypress Hill juga mendapat lebih banyak airplay ketimbang lagu manapun dari album solo Slash. Pada versi konser, Myles membawakan dengan versi GNR. Bila harus meng-echo statemen sebelumnya tentang eksentrisitas, maka Anda penggemar William Bailey sudah pasti merindukan sosok liarnya mewarnai Paradise City. Sebelum riff dan beat menghentak usai intro, tak ada tiupan peluit sebagai komando "senam SKJ" untuk audiens. Urusan atraksi, Weiland dan Axl memang lebih jago dari Myles Kennedy. Bagusnya, hal itu tak menghalangi agenda "senam". Kala beat menghentak bersama riff gitar Slash dan dentum perkusi Brent Fitz, itu adalah metronom loncat bagi audiens. Sayang, Paradise City - seperti tradisi sebagai penutup konser - berarti meluluskan permintaan "I want you please, take me home," yang dipaksakan Myles untuk diucapkan oleh massa. Jadilah salutasi usai lagu ini betul-betul menutup komposisi 20 lagu yang terbagi dalam 18 main set, serta dua lagu pada encore. AFTERTASTE Pada odds satu banding semilyar dari band internasional melakukan konser di Surabaya, penampilan Slash dan kawan-kawan ini adalah preseden paling baik yang bisa didapat. Slash memenuhi janjinya untuk menghadirkan tontonan berkelas. Apa yang disuguhkannya di Surabaya memang tak jauh beda dengan apa konser sebelumnya, dalam rangkaian Slash World Tour 2010. Sebelum melanjut ke Jakarta, Slash akan mampir ke Singapura (2/8). Saya harap catatan ini memberikan preparasi yang lebih baik dari calon audiens di Jakarta untuk bisa memberikan vibran yang lebih positif daripada Surabaya (dan Singapura tentunya). Tujuannya? Supaya Indonesia makin lekat citranya sebagai destinasi konser rock dunia. Slash World Tour 2010 Jatim Expo, Surabaya 31 Juli 2010 Setlist 01. Ghost 02. Mean Bone 03. Night Train 04. Dirty Little Thing 05. Back From Cali 06. Beggars & Hangers-On 07. Civil War (ft. Voodoo Child outtro) 08. Rocket Queen 09. Fall to Pieces 10. Sucker Train Blues (ft. Drum Solo) 11. Nothing to Say 12. Starlight 13. Watch This 14. Slash's Solo 15. Theme from Godfather 16. Sweet Child O'Mine 17. Rise Today 18. Slither Encore 19. By the Sword 20. Paradise City *Photo taken by Blackberry Device (Helman Taofani)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun