Dan inilah catatan reaksional saya. Selama beberapa jam paska pertandingan terakhir Italia di Piala Dunia 2010, saya sempat membuat skenario "what-ifs", yang tentu tak membantu apa-apa terhadap fakta yang terjadi, namun saya senang bisa menumpahkannya di sini. Beberapa menganalisa bahwa penyebab utama dari kegagalan Italia adalah seleksi Nazionale yang tidak optimal. Marcello Lippi dituding kurang objektif dalam memilih pemain, serta meninggalkan beberapa pemain yang lebih bersinar daripada yang terpilih di Piala Dunia. Pemain-pemain seperti Vincenzo Iaquinta, Mauro Camoranesi dan Gennaro Gattuso lebih banyak duduk di meja terapi dan bangku cadangan di klub masing-masing musim lalu. Sebaliknya, pemain yang lebih sering bermain di liga, dan berkontribusi antar klubnya sukses malah ditinggalkan. Berikut beberapa pemain yang ditinggal oleh Lippi:
Matteo BRIGHI | AS ROMA/29 TAHUN
Performa Klub: 24 kali bermain - 4 gol Salah satu kunci renaisans Roma yang meroket di paruh hingga akhir musim. Senjata andalan Ranieri di lini tengah, menggantikan Simone Perrotta. Kuat bertahan, dan bervisi bagus dalam pergerakan dan serangan.
Pengalaman Internasional: 4 kali membela Nazionale. Bermain bagus kala melawan Irlandia Utara sebelum Piala Konfederasi.
Overall: Missing link yang tak dimiliki Azzurri di Piala Dunia 2010. Claudio Marchisio yang dipasang di dua game awal tak mampu menjawab ekspektasi. Karakter yang dibutuhkan adalah
bridge dari bek ke striker. Dan Brighi mampu bermain optimal di posisi itu bersama Roma musim lalu.
Massimo AMBROSINI | AC MILAN/33 TAHUN
Performa Klub: 29 kali bermain - 1 gol Kapten AC Milan ini bermain luar biasa untuk level klub musim ini. Stabil di tengah, dan juga rajin membantu serangan. Tipikal pekerja keras yang bisa melapis karakter rekan-rekannya. Gennaro Gattuso bahkan jadi sering dicadangkan, karena Leonardo berani hanya memasang Andrea Pirlo dan Ambrosini di tengah.
Pengalaman Internasional: Pemain senior di Italia. Membela Nazionale sejak Euro 2000 sampai Euro 2008 lalu. Tersingkir akibat dianggap sebagai "anak emas" pelatih lama, Roberto Donadoni.
Overall: Leadership dan karakternya sangat dibutuhkan di laga-laga Italia. Di lini tengah, Ambrosini bisa menjadi komando sekaligus pekerja keras.
Fabrizio MICCOLI | PALERMO/30 TAHUN
Performa Klub: 35 kali bermain - 19 gol Mengantar Palermo menjadi runner untuk Liga Champions musim ini, meski akhirnya hanya finish di peringkat kelima. Fantasista Palermo, penuh visi dan gaya bermain elegan. Skill dan senioritasnya bisa membimbing Edinson Cavani dan Abel Hernandez yang masih belia menjadi partner duet yang mematikan.
Pengalaman Internasional: 10 caps di Nazionale.
Overall: Jawaban apabila Lippi ingin memakai bomber model Gilardino atau Pazzini. Model striker pelayan yang mengandalkan skill dan kecepatan. Bagus untuk membangun serangan, serta mempunyai kemampuan set piece yang bagus. Gaya bermainnya lebih mirip Gianfranco Zola dibandingkan dengan Antonio Di Natale.
Antonio CASSANO | SAMPDORIA/27 TAHUN
Performa Klub: 30 kali bermain - 9 gol Stellar! Mampu memimpin dan mengangkat Sampdoria sehingga lolos ke Liga Champions. Fantasista sejati. Skillful dan penuh trik serta visi dalam bermain. Bisa mengangkat seluruh tim.
Pengalaman Internasional: 15 caps, termasuk jadi andalan kala Euro 2004 dalam usia belia.
Overall: Perselisihannya dengan Lippi membuatnya tak pernah sekalipun dilirik untuk masuk. Padahal Fantantonio bisa jadi pengganti sepadan dari karakter-karakter stella Italia, dari era Roberto Baggio, Francesco Totti dan Alessandro Del Piero. Bersamanya, kepercayaan diri tim melambung, dan itulah yang paling hilang dari tim Italia di Piala Dunia 2010.
Guiseppe ROSSI | VILLAREAL/23 TAHUN
Performa Klub: 34 kali bermain - 10 gol Musim ketiganya di Villareal, Rossi acap dipasang di striker luar, yang membuat rasio golnya turun meski visi permainannya meningkat. Buktinya, walau tak ditunjang dengan bomber seeksplosif Diego Forlan, Villareal musim lalu masih tetap bersaing di papan atas La Liga.
Pengalaman Internasional: 14 caps, dan jadi pemain terbaik Italia di Piala Konfederasi tahun 2009 lalu.
Overall: Versatile, dan harus bersaing dengan Fabio Quagliarella (Visi dan akurasi tembakannya juga sama baiknya) di Nazionale, tapi jelas lebih bagus dari Simone Pepe, dan akan lebih berguna bila Lippi memasang 3 striker.
Foto: FIFA.com/Getty
KEMBALI KE ARTIKEL