Sebenarnya pemikiran ini sudah lama ada dalam pikiran saya, namun karena kesibukan terus menerus memang sekarang ini saya suka telat manuangkan apa yanga ada dalam pikiran ke dalam blog tercinta ini. Pemikirannya adalah “Kenapa pintu tol Cibubur yang menghabiskan banyak sumber saya tersebut, tidak dibongkar dan dihilangkan saja?!” . Kok dihilangkan? nanti kalau di pintu tol keluar bagaimana? ya tinggal dibuat kesepakatan saja, kalau tidak bisa menunjukan kartu tol maka dianggap masuk dari tol terjauh yaitu dari pintu tol Cibubur, dah aman kan? Kalau yang masuk dari pintu tol lainnya tidak akan ada masalah tetap menggunakan kartu. Intinya di pintu tol terjauh/paling awal yaitu pintu to Cibubur tidak perlu mengambil kartu, alias dihilangkan saja itu pintu tol nya, sehingga bisa menghemat bensin, menghemat waktu, tidak harus macet macet an tiap hari di pintu tol Cibubur.
Keluar dari cibinong, tidak bisa menunjukan kartu tol… owh dari cibubur, keluar dari sentul tidak bisa menunjukan kartu… owh dari cibubur… beres kan? itu bisa menghemat banyak nampaknya, bensin, olie dan terutama waktu yang terbuang percuma akibat ber macet ria di pintu tol pertama/terjauh yang hanya mengambil kartu tol saja.
Hal ini bisa berlaku juga untuk pintu tol terjauh/pertama yang hanya mengambil kartu tol saja. Misalnya pintu tol Ciawi, ini juga sering terjadi kemacetan kalau pada masa peak season, so pintu tol yang dari Ciawi itu bisa dihilangkan saja (yang masuk ciawi – ambil kartu, kalau yang keluar/bayar ya janganlah). Masuk dari ciawi tidak perlu ambil kartu dan ketika kaluar tinggal nyebut saja, masuk dari ciawi, maka pembayaran akan dikenakan tarif terjauh, bereskan? tidak perlu macet macet ria di pintu tol terjauh yang hanya mengambil kartu saja…. atau saya tidak tahu apakah ada pertimbangan lain seperti beda ruas atau menghitung jumlah kendaraan yang lewat? tapi seharusnya hal tersebut bisa diansipasi dengan teknik lainnya…
Atau saya tidak tahu apakah ada pemikiran lain dari kementerian Perhubungan? silahkan di komentari…