Berawal dari jamannya Iman Sumantri pensiun enam bulan lalu – sekda warisan rezim lama itu – Iman dikenal sebagai “Sekretaris Yang Tidak Sexy”, sekda paling alay di Kabupaten yang
Hot ini, karena tidak pernah ada gereget apapun ketika birokrasi Karawang dipimpin Iman. Biasa saja.
Lain lagi setelah Teddy Rusfendi Sutisna diangkat menjadi pelaksana tugas (Plt) sekda, dan sekaligus rangkap jabatan sebagai Asisten Administrasi (Asda III) Karawang. Mulai agak rame. Salah satunya keanehan (sampai kini) kursi Asda III itu kosong. Hingga memunculkan spekulasi para pengamat pemerintahan, jangan-jangan bupati Ade Swara meragukan Teddy, enam bulan jadi Plt terus bisa balik kanan jadi Asda III kembali. Itu dulu.
Apalagi dalam proses pencalonan sekda Karawang kali ini, baru di jaman bupati Ade Swara saja yang agak ribet; PNS, DPRD, LSM, pengusaha, dan masyarakat lain yang berkepentingan ikut deg-deg plas menerka, siapa gerangan sekda pilihan Ade Swara? Dibumbui opini sana-sini, jangan-jangan ada “Wanipiro” harus bayar mahal untuk duduk di kursi sekda, jangan-jangan begini-begitu.
Opini bukan tanpa sebab, karena dari ke tiga calon sekda itu, selain Teddy, ada dua orang kandidat pejabat pendamping yang sama kuatnya, yakni, Asep Hidayat Lukman yang menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan dan Setia Dharma Kepala Dishubkominfo Kab. Karawang. Dua yang terakhir dikenal kuat dibidang finansial, “jangan khawatir soal duit kalau sama bos sayah mah..,” kata seorang sponsor salah satu kandidat tersebut yang dirahasiakan namanya.
Bulan lalu, ketika bupati Karawang menetapkan tiga nama calon sekda yang diusulkan kepada gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Haryanto selaku Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) pemkab Karawang mengatakan. “Jabatan sekda perlu segera di isi karena sudah terlalu lama kosong, selama ini, tugas sekda dilakukan oleh Teddy sebagai Plt. Bupati hanya pembina PNS dan memiliki kewenangan melakukan mutasi-rotasi pejabat di wilayah kerjanya. Tapi untuk sekda, tidak bisa dilakukan oleh bupati sendiri. Bupati hanya mengusulkan nama-nama pejabat calon sekda kepada gubernur. Hal itu sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang berlaku. Mekanismenya, setelah usulan nama calon sekda di tangan gubernur, calon sekda kemudian mengikuti test, melakukan pemaparan program yang berkaitan dengan pemda Kab. Karawang,” kata Haryanto.
Tapi Asep Hidayat Lukman ketika ditemui wartawan di kantornya mengatakan, “saya ini ditugaskan bupati untuk membereskan masalah dilematis di RSUD Karawang,” ucapnya. Perlu diketahui, wakil direktur RSUD ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejari Karawang dalam kasus Genset Rp 1,3 miliar, sementara direktur utama RSUD tidak terlibat, di sisi lain aktivis anti korupsi di Karawang teriak, jangan cuma kasus Genset yang Rp 1,3 miliar saja tapi kasus Alkes yang Rp 4,9 miliar minta di usut tuntas, hingga kini situasi kondisi di RSUD Karawang, galau, carut-marut dan menjadi blunder tersendiri. http://www.youtube.com/watch?v=2YMRqDOFBjg
Di lain tempat, Setia Dharma mengatakan, “tidak ada tuh masalah uang seperti yang di isu kan orang, masak saya sanggup bayar Rp. 3 miliar untuk beli kursi sekda, uang dari mana sebanyak itu, rasional aja,” kata Setia Dharma sambil senyum, “pastinya Pak Teddy lah yang jadi sekda, yakin.” Katanya.
Tak Ada Wanipiro
Hadis Herdiana Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kab. Karawang membantah, “tidak ada bau uang dalam pemilihan sekda kali ini, murni pilihan bupati secara profesional, saya yang pertama membantah kalau ada yang bilang jabatan sekda karena ada suap,” kata Hadis.
Terlepas dari semua praduga, di lapangan, Teddy adalah sosok sekda Karawang yang paling diharapkan banyak pihak keberadaannya, seperti dikatakan Bonar PNS di Pemkab Karawang, “saya tadi pagi SMS ke beliau masih dijawab, kalo telepon juga diangkat, beliau dekat dengan orang-orang kecil,” kata Bonar.
Hampir semua kalangan masyarakat di Karawang berpendapat, sosok Teddy sederhana, cekatan dan bertanggungjawab “nongkrong” dipelbagai hiruk-pikuk, persoalan berat yang menggempur pemkab Karawang; demo buruh menuntut kenaikan upah hampir setiap hari, aksi mahasiswa membakar ban tiap bulan, teriakan orasi aktivis dan konvoi motor paling sering, sampai insiden bentrok TNI vs Brimob di pintu kantor bupati yang menggemparkan se Indonesia itu terjadi, “lho Pak Teddy luar biasa, dia nggak lari, beliau malah paling depan, meredakan situasi mendamaikan massa, “itu baru namanya sekda Karawang, hebat dia!” kata Reza petugas Satpol PP pengagumnya.
Setelah era sekda Iman Sumantri yang alay berlalu, era Plt sekda Teddy selama enam bulan terakhir ini nampak menonjol. Berada di garis depan pemkab, bisa bekerja keras, cerdas, dan tuntas. Serta mampu berkoordinasi baik dengan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di pemkab Karawang.
Dalam pidato pelantikannya bupati berharap, “agar supaya seluruh program dalam mewujudkan visi Kabupaten Karawang dapat berjalan dengan baik, sekda sebagai pejabat yang menduduki jabatan karier tertinggi PNS, harus mampu mendorong meningkatkan kinerja dan disiplin aparat. Terutama, dalam menciptakan kondisi yang mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat Karawang,” kata bupati.
Alhamdulillah, Jumat (27/12) lalu, Teddy resmi dilantik jadi sekda definitif. Pelantikannya tertuang dalam SK Gubernur No 133/Kep.1780-BKD/2013. Nampaknya bupati Karawang Ade Swara tidak salah pilih.
Namun ada juga “bocoran” cerita joke. Waktu seorang kepala dinas berbadan gendut datang ke kantornya, Teddy mengatakan; “kalau mau kurus jadilah sekda Karawang,” ujarnya. Hingga yang nguping mau tak mau ikut tertawa.
Nampaknya posisi sekda Karawang di akhir siklus lima tahunan politik birokrasi harus mental baja karena cukup rawan, menginjak tahun 2014 ini situasi bisa berubah tak terduga, masuk dalam atmosfer tahun politik, yakni, adanya Pemilihan Legislatif (Pileg), Pemilihan Presiden (Pilpres), berlanjut ke tahun 2015 Pemilihan kepala Daerah (Pilkada) Karawang bakal digelar rame.
Teringat ucapan Wapres Yusuf Kalla, Apa beda Birokrat dan Pengusaha? “birokrat lebih menekankan proses dan prosedur, sementara pengusaha melihat objektive-nya dulu, sasarannya dulu, baru prosedur. Selain itu, Birokrat cenderung melihat persoalan setiap lima tahun, sementara pengusaha melihatnya sepanjang masa.” Artinya orientasi dan etos kerja birokrasi di Indonesia sempit, hanya sebatas lima tahunan saja.
Mungkin saja pejabat Karawang yang lain merasa gentar menjadi sekda, karena sama saja artinya menjadi bemper penguasa di akhir masa jabatan bupati dalam situasi yang cemas dan menegangkan, hingga kursi sekda tidak laku lagi dijual. Karena kalkulasi politik dan ekonomi penyebabnya. Oleh sebab itu “Wanipiro” tidak laku pada jabatan sekda Karawang kali ini.
Sebab itu pula, banyak beribu ucapan selamat berjuang kepada Sekda Teddy Rusfendi Sutisna, yang jujur bilang, “saya sih apa adanya saja,” saat ditanya wartawan, “apa enaknya jadi seretaris daerah sekarang, kan sekretaris yang tidak sexy”.