1. Gengsi atau Rasa Malu
Dalam banyak kasus, gengsi dapat menjadi hambatan besar dalam usaha seseorang untuk keluar dari kemiskinan. Beberapa orang miskin mungkin merasa malu atau terhina untuk menerima bantuan sosial atau bantuan dari pihak lain. Rasa gengsi ini dapat membuat mereka menolak bantuan yang sebenarnya bisa membantu memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Tak hanya itu, banyak orang mungkin merasa malu untuk memperlihatkan kondisi ekonomi mereka yang sebenarnya. Mereka bisa saja berusaha menjaga penampilan luar yang tidak sesuai dengan keadaan finansial mereka, misalnya dengan berpura-pura memiliki gaya hidup yang lebih baik daripada kenyataannya.
Rasa gengsi juga bisa membuat seseorang enggan untuk membicarakan masalah keuangan mereka dengan orang lain, termasuk dengan keluarga atau teman dekat. Akibatnya, mereka mungkin menghadapi kesulitan secara pribadi tanpa mendapatkan dukungan atau bantuan yang diperlukan.
2. Tidak Berusaha Menabung atau Berinvestasi
Sebagian besar orang mengutamakan konsumsi atau pengeluaran pada hal-hal tertentu, tanpa memperhatikan pentingnya menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesejahteraan ekonomi jangka panjang mereka.Â
Alangkah baiknya jika seseorang  memiliki mengutamakan, membuat anggaran, dan mengutamakan kebutuhan dasar serta investasi yang mendukung masa depan keuangan yang lebih baik. Â
3. Mengenyampingkan Kualitas Makanan
Ketidakmampuan untuk memprioritaskan anggaran untuk makanan yang sehat dan bergizi dapat menyebabkan banyak orang lebih memilih membelanjakan uang mereka untuk kebutuhan lain yang lebih mendesak, seperti sewa, listrik, atau pendidikan, sehingga mereka harus mengorbankan asupan makanan yang baik.
Kurangnya pengetahuan tentang gizi menjadi salah satu faktor pendukung untuk mereka memahami bagaimana memilih makanan yang bergizi dengan anggaran yang terbatas Â
4. Banyak Anak Banyak Rejeki
Kepercayaan ini mungkin membuat sebagian besar orang  mengabaikan kondisi ekonomi mereka yang riil, seperti pendapatan yang rendah, ketidakstabilan pekerjaan, atau keterbatasan akses ke sumber daya. Akibatnya, mereka tidak mempertimbangkan dampak ekonomi dari memiliki banyak anak dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi kondisi keuangan keluarga.
5. Memelihara Mental Aji Mumpung
Mental "aji mumpung" Â merupakan pola pikir yang dapat menyebabkan orang miskin tetap miskin karena cenderung mengabaikan konsekuensi jangka panjang demi kepuasan atau keuntungan segera. Misalnya, seseorang mendapatkan uang dari gaji atau bonus, dan tanpa berpikir panjang, menghabiskannya untuk membeli barang-barang mewah atau kesenangan segera tanpa mempertimbangkan kebutuhan atau tabungan untuk masa depan.Â
6. Mindset
Mindset yang menyebabkan semakin miskin kualitas seseorang adalah mindset yang negatif, pasif, dan tidak proaktif dalam menghadapi tantangan dan mencari peluang. Contoh mindset banyak ditemukan pada mindset orang-orang yang  bergantung pada keberuntungan,tidak mengutamakan pendidikan atau pelatihan, cenderung  nyaman dengan situasi zona nyaman dan enggan untuk mencari cara untuk berkembang atau meningkatkan kualitas hidup. Â