Berita hari ini banyak yang membicarakan masalah konflik Pak Ahok dan DPRD Jakarta, ada yang mempermasalahkan masalah komunikasinya, ada yang mempermasalahkan UPSnya, hak angket, pemanggilan istri ahok, dll.. Pokoknya seru dah..
Kadang saya berpikir, dulu pak ahok kan jadi wakilnya jokowi yah.. kalo ditanya dulu kenapa orang milih ahok pasti jawabannya karena dia berdampingan dengan tokoh sentral saat itu. Memang pada saat itu jokowi sedang booming-boomingnya. Rakyat indonesia sedang semangat-semangatnya ingin memiliki figur seperti ahmadi nejad. Presiden kharismatik dari Iran. Dan Pak Jokowi menjawab semangat itu dengan mengangkat cirta JUJUR, SEDERHANA dan APA ADAnya.. Ternyata citra itu berhasil, Sebagian besar penduduk Jakarta memilih Jokowi untuk memimpin Ibu Kota. Pada saat itu tidak ada orang yang berfikir untuk menjadikan Ahok gubernur.. Ibaratnya Ahok tenggelam di bawah bayang-bayang Jokowi.
Sang waktu pun berjalan, akhirnya citra pak jokowi membawanya menempati kursi paling tinggi di Indonesia, konsekuensinya pak ahok mendapatkan warisan kursi yang cukup menantang di jakarta. Dengan diiringi berbagai demo, langkah beliau tidak dapat di hentikan. Akhirnya Jakarta punya gubernur baru, dan kebetulan sifat serta karakternya beda dengan Pak jokowi. Beliau orangnya TEGAS, LUGAS dan JUJUR. Setidaknya itu citra yang beliau bangun.
Ditengah rakyat sedang kecewa dengan cara pengambilan keputusan pak jokowi, rakyat yang tadinya tipe kepemimpinan ideal ada di pak jokowi beralih ke tipe kepemimpinan pak ahok yang walaupun nggak terlalu kelihatan sederhana tapi tegas dan keras sekali terhadap hal-hal yang menurutnya melenceng. Bahkan bisa dikatakan sekarang berita tentang pak jokowi hampir jarang sekali terdengar. Berdasarkan asumsi saya Pak jokowi sekarang tenggelam di dalam bayang-bayang kepemimpinan Pak Ahok. Wallahu'alam
Entah pendapat saya benar atau tidak tapi dari sini kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang mungkin bermanfaat, karena toh apalah arti peristiwa tanpa pembelajaran :
1. Rakyat tidak akan pernah puas.
Rakyat, bawahan, anak buah, anggota, dan berbagai istilahnya tidak akan pernah puas terhadap satu jenis kepemimpinan. Dulu zaman Pak Karno orang nggak puas karena Nasakom, Zaman Pak Harto nggak Puas karena terlalu keras dan banyak korupsi, Zaman Pak Habibi, Gus Dur dan Bu Mega orang-orang nggak puas karena gonjang-ganjing ekonomi dan penjualan aset negara, Zaman Pak SBY orang juga gak puas karena kataya beliau plin plan dan nggak tegas, Zaman Pak jokowi orang juga nggak puas karena merasa beliau dikendalikan orang lain..
Intinya dari masa ke masa orang selalu merasa tidak puas, tapi setelah dibandingkan mereka pasti merasa lebih enak zaman sebelumnya. Nah disinilah seorang pemimpin di uji, menjadi pemimpin memang berat. Dia harus menempatkan segala sesuatu sesuai prosinya. Mangkanya hadiah untuk pemimpin yang adil itu surga, setingkat di bawah para nabi. Kalo saya pribadi, berhubung saya juga mengalami jadi pemimpin kecil-kecilan memang sangat susah mencari kepuasan orang-orang yang kita pimpin. Tetapi semua tergantung di niat, Kepuasan team memang bisa menjadi rujukan tapi yang paling utama adalah menjalankan sesuatu secara adil.
Adalah hal yang mustahil untuk menyenangkan setiap orang, karena dasar keadialan bagi tiap-tiap orang berbeda, yang bisa kita lakukan hanyalah berusaha untuk menjadi adil dan memperbaiki kesalahan kita, selebihnya serahkan kepada Allah. Bukankah yang menempatkan kita pada posisi sekarang Allah juga. Maka jika niat kita ikhlas untuk menjadi pemimpin yang adil bagi kemaslahatan bersama maka nanti InsyaAllah, DIA akan membantu kita dengan caranya.
2. Rakyat mudah berubah keinginannya
Sama seperti bahasan di atas, rakyat bisa saja berubah keinginannya. Suatu ketika kebijakan kita populer dan dilain waktu kebijakan kita malah kurang populer. Orang biasanya selalu mendukung apa yang menguntungkan dia dan selalu menolak apa yang merugikannya. itu memang sudah fitrah manusia. Condong kepada kesenangan dan menjauhi kesukaran. Jadi saran saya untuk siapa saja yang menjadi pemimpin, tidak usah terlalu diambil hati ketika ada yang tidak setuju. Coba di koreksi apakah memang salah keputusan itu. Jika benar silahkan di jelaskan, dan jika tetap tidak mau terima ya tidak apa-apa. yang penting kita sudah menjelaskan. Urusan penerimaannya kita serahkan kepada Allah. Mengenai masalah penjelasan sesungguhnya itu hanyalah masalah komunikasi. Nah untuk para pemimpin di manapun berada marilah kita pelajari cara berkomunikasi yang baik. Karena tingkat kemampuan berkomunikasi dan berdiplomasi seorang pemimpin itu menentukan keberhasilan pelaksanaan keputusannya.
3. Ikhlas adalah kunci utama.
Dalam memimpin sejauh yang saya pelajari, ikhlas adalah kunci utamanya. Mengapa kepemimpinan rosulullah dan 4 khalifaur rasyidin masih menjadi contoh walaupun sudah 13 abad berselang? Karena mereka menjalankannya dengan ikhlas. Lillahi ta'ala. Tidak mencari harta, tidak mencari popularitas, tidak mencari kedudukan. Mereka semua hanya fokus mengerjakan apa yang diamanahkan Allah sebaik-baiknya. Mau dicaci silahkan, di puji juga gak apa-apa. Jujur hanya sedikit orang yang bisa benar-benar ikhlas dalam memimpin. Saya pribadi masih jauh dari kata ikhlas. Saya lihat semua pemimpin yang sukses, mereka selalu fokus terhadap apa yang mereka kerjakan tanpa menginginkan imbalan. Wallahu a'lam
Sementara itu dulu yang mungkin bisa kita ambil pelajaran, menjadi pemimpin memang gampang-gampang susah. Kadang kita harus keras seperti pak Ahok, kadang kita harus santun seperti pak SBY, yang pasti jiwa kita harus tetap sesederhana pak Jokowi dan se luhur Gus dur. Tapi semangat harus membara seperti bung Karno dan secerdas pak habibi.. Diluar itu kita harus tetep ashor dan ngademin seperti bu Mega dan yang pasti harus perhatian sama yang dipimpin seperti Alm. Pak Harto. Insya Allah..
Malinau, 13/3/2015
Hasan A. Drihim