Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Faktor Tamatnya Karier Politik Politisi

18 Desember 2020   07:42 Diperbarui: 18 Desember 2020   07:50 205 5
Membaca tulisan yang unik dari b atau tokapelawi yang berjudul "Tamatnya Karier Politik Ridwan Kamil-Prabowo dalam Permainan Jokowi-Mahfud MD", saya menjadi tertarik untuk melakukan pendalaman pada kesimpulan tersebut. Untuk itu, kita bisa melirik pada contoh-contoh figur yang mungkin bisa kita elaborasi bersama.

***

Contoh pertama, Bo Xilai, politisi populis dari Tiongkok.

Bo Xilai adalah putra dari Bo Yibo, politisi veteran yang pada era Deng Xiaoping dikenal sebagai bagian dari "Eight Immortals" atau delapan tokoh senior partai komunis Tiongkok yang paling berkuasa. Selain dukungan penuh dari Ayahnya, Bo Xilai juga dikenal karena beberapa program yang ia usung selama menjadi sekretaris partai untuk area Chongqing sangat populer di jajaran partai komunis Tiongkok maupun masyarakat Tiongkok pada umumnya.

Saat masa kepemimpinannya di Chongqing, Bo Xilai menggabungkan pendekatan yang keras terhadap kejahatan terorganisir/Triad dan korupsi dengan kampanye penegakan kembali nilai-nilai klasik era Mao Zedong yang dianggap makin tereduksi oleh reformasi ekonomi berbasis pasar yang diterapkan Tiongkok kontemporer. Saking populernya program Bo Xilai, program-program tersebut ditasbihkan sebagai "Chongqing Model" oleh media massa Tiongkok, dan bahkan, Xi Jinping (presiden Tiongkok sekarang) memutuskan untuk berkunjung dan belajar dari Bo Xilai!

Ditambah pembawaannya flamboyan dan karismatik, Bo Xilai kerap disebut-sebut sebagai kandidat potensial untuk pimpinan puncak partai komunis Tiongkok di masa depan. Di saat karpet merah sudah demikian lebar digelar untuk Bo Xilai, terjadilah insiden Wang Lijun.

Wang Lijun adalah tangan kanan Bo Xilai dan wakil walikota Chongqing. Pada tanggal 6 Februari 2012, Wang Lijun memutuskan melakukan perjalanan ke kantor konsulat Amerika Serikat (AS) di Kota Chengdu, dan melakukan pertemuan kurang lebih 30 jam dengan pihak konsuler AS. Selama pertemuan tersebut, seketika kantor konsulat AS dikepung oleh kepolisian Tiongkok sebelumnya akhir bubar setelah Wang Lijun memutuskan untuk menyerahkan diri ke pihak keamanan Tiongkok. Tidak ada satu pihak pun yang mau bersaksi, termasuk pihak konsuler AS, apa yang sebetulnya yang didiskusikan dan memotivasi Wang Lijun untuk melakukan pertemuan tersebut.

Sebulan kemudian, Bo Xilai dipecat sebagai Sekretaris Partai di Chongqing. Bulan September di tahun yang sama, Bo Xilai dikeluarkan dari keanggotaan partai dengan salah satu tuduhan "memiliki atau menjaga hubungan seksual yang tidak pantas dengan beberapa orang wanita". Istri Bo Xilai, Gu Kailai, ditetapkan sebagai tersangka utama pembunuhan Neil Heywood, seorang pengusaha Inggris. Pada tahun 2013, Bo Xilai dipersangkakan dengan tuduhan melakukan penyogokan, penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi. Pada tanggal 22 September 2013, ditetapkan sebagai terpidana dan divonis penjara seumur hidup serta disita seluruh asset dan kekayaannya.

Saat ini, disinyalir seluruh penyebutan nama Bo Xilai dihapuskan dari dokumentasi partai komunis Tiongkok dan media lokal Tiongkok.

***

Contoh kedua, Neville Chamberlain, perdana menteri Inggris tahun 1937 - 1940.

Neville Chamberlain adalah politisi gemilang dari partai Konservatif. Saat masih menjadi menteri keuangan, ia sukses memotong anggaran pengeluaran pemerintahan, mengurangi bunga pinjaman perang dan membawa anggaran nasional Inggris mencapai status surplus. Pada tahun 1937, Neville Chamberlain mengambil tapuk kepemimpinan partai Konservatif dan kursi perdana menteri Inggris dari Stanley Baldwin dengan penuh banyak harapan.

Inggris pada tahun 1937 adalah negara yang masih trauma dengan perang dunia I dan pusing memikirkan daerah-daerah kolonial-nya yang kerap bergolak. Belum lagi pemotongan anggaran besar-besaran, termasuk anggaran pertahanan, yang dilakukan oleh Neville Chamberlain saat menjadi menteri keuangan, membuat publik Inggris tidak siap dengan perang masif berikutnya. Oleh karena itu, saat Jerman dengan ideologi fasis secara agresif melakukan intimidasi geopolitik di Eropa, publik Inggris praktis mengharapkan pemerintah Chamberlain tidak ikut campur urusan Eropa dan lebih fokus dengan urusan domestik. Sebagai pemimpin yang aspiratif, Neville Chamberlain berusaha tidak bersinggungan dengan polah Nazi Jerman dan mencoba memisahkan Jerman dengan Italia, negara fasis lain yang sama agresifnya, lewat taktik diplomatik yang dikenal 'Appeasement' (peredaan).

Taktik diplomatik ini dikritik habis-habisan oleh Winston Churchill, politisi Konservatif lainnya yang sedang terpuruk dan teralienasi di internal partai Konservatif akibat keputusannya yang dianggap buruk saat menjadi menteri angkatan laut Inggris saat perang dunia I. Churchill mencerca Chamberlain sebagai pemimpin yang lemah dan tidak memiliki visi. Sebuah cercaan yang mengakibatkan perseteruan yang dalam di antara kedua tokoh tersebut, tapi pilihan kebijakan Chamberlain masih sangat digemari oleh publik Inggris dan opini Churchill masih menjadi anomali dalam kancah debat parlemen.  

Pada bulan maret 1938, Nazi Jerman melakukan invasi ke Austria dengan alasan unifikasi etnis Jerman. Neville Chamberlain hanya melakukan protes diplomatik dan kemudian mendapati bahwa Nazi Jerman sedang melakukan persiapan invasi selanjutnya ke Cekoslowakia. Kawasan Sudeten di Cekoslowakia yang mayoritas etnis Jerman, memanas dan bergolak. Telah terjadi tembak menembak yang menewaskan beberapa warga Jerman maupun Cekoslowakia. Beberapa negara di Eropa meradang dengan agresivitas Nazi Jerman, sementara Inggris ketakutan akan munculnya perang skala besar berikutnya. Saat itulah, Neville Chamberlain muncul dengan ide untuk melakukan perjanjian multilateral yang bertujuan mencegah meluasnya konflik ke seluruh Eropa termasuk Inggris. Perjanjian multilateral yang dikenal sebagai perjanjian Munich ini punya satu kelemahan moral yang fatal: demi menghindari meluasnya konflik ke negara lain, para pembuat perjanjian secara implisit melakukan pembiaran terhadap Nazi Jerman untuk melakukan invasi ke Cekoslowakia.

Perjanjian ini dikecam keras oleh Winston Churchill, tapi dipuja-puji habis-habisan oleh publik Inggris. Ratusan ribu rakyat Inggris penuh sesak menyambut kepulangan Neville Chamberlain dari konferensi Munich. Butuh waktu satu setengah jam bagi Neville Chamberlain untuk bisa mencapai Istana Kerajaan yang hanya berjarak 14 kilometer dari Bandara. Seusai melaporkan hasil konferensi dengan Raja Inggris, George VI, Neville Chamberlain mendapatkan kehormatan yang luar biasa dengan menjadi orang pertama di luar keluarga kerajaan Inggris yang muncul dan melambaikan tangan ke ratusan ribu kerumunan dari balkon istana Buckingham. Pemerintahan Neville Chamberlain tampak cerah cemerlang dan sepertinya akan dikenang dengan penuh gegap gempita.

Pada tahun 1939, setelah melakukan perjanjian rahasia dengan Joseph Stalin (Pemimpin Uni Soviet), Adolf Hitler (Kanselir Jerman) memutuskan untuk melanggar perjanjian Munich dengan melakukan Invasi ke Polandia. Invasi ini mengguncang publik Inggris. Perdamaian yang diharapkan bisa berumur panjang pupus dalam seketika. Tidak ada cara lain untuk Inggris selain harus berpartisipasi dalam perang. Dan saat itulah publik Inggris mendapat negaranya sama sekali tidak memiliki persiapan memadai untuk berperang. Puja-puji yang sebelumnya digelontorkan ke Neville Chamberlain seketika berubah menjadi kemarahan. Partai-partai di parlemen menolak bekerjasama dengan Neville Chamberlain. Situasi politik di Inggris kacau balau sampai akhirnya Neville Chamberlain mengundurkan diri dari kursi perdana menteri untuk digantikan seteru bebuyutannya, Winston Churchill.

Setelah tidak menjadi perdana menteri, Neville Chamberlain masih sempat memegang posisi penting dalam kabinet Churchill. Tapi pada tahun 1940, Neville Chamberlain wafat dan namanya segera saja tenggelan dalam kenangan publik Inggris, terutama di bawah dominasi nama besar Winston Churchill yang kemudian didaulat sejarah sebagai perdana menteri Inggris paling berpengaruh sepanjang masa. Sampai sekarang, nama Neville Chamber masih dikaitkan dengan 'Apeasement' yang identik dengan kelemahan dan ketakutan.

***

Kenapa saya mengambil dua figur di atas sebagai contoh? Karena menurut saya, hanya dua hal yang bisa memastikan tamatnya karir politik seorang politisi: Mati atau dipenjara seumur hidup. Lain dari pada itu, siapa yang tahu?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun