Ia yang mengular, beranak ranting, semenjak akar ruh ditandastancapkan di garba ibu, sungai di gigir gunung gamping – lembah
Pythecanthropus Erectus  itu mungkinkah telah ditorehkan dalam labyrinth beribu lorong kemungkinan permisalan, mimpi-mimpi yang diingini, dan hidup yang diskenariokan? Wahai, mengalir-mengalirlah semua keinginan purba, menderas-menderaslah dalam keseluruhan laminer dan turbulen pancaran arus hidup. Ibu Bapamu tak berkendak apa-apa kecuali mewariskan semua mimpi-mimpi moyangmu, menjadi guru atau petani. Tapi adakah diingini dari wajah bocah berbaju putih biru, kecuali mendirikan tenda pramuka dan berlomba deklamasi. Namun sebentuk wajah lugu itu tergugu saat harus tinggalkan ibu.
KEMBALI KE ARTIKEL