Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humor

Sejak Kentut Pertama

31 Agustus 2021   07:37 Diperbarui: 31 Agustus 2021   07:45 247 1
-Sejak Kentut Pertama-

Sepasang suami istri. Pengantin baru. Belum lagi  seminggu menikah. Masih dalam suasana bulan madu.  Sesuai janji di masa pacaran,  suami ingin memberi hadiah kejutan buat istrinya.  Sebuah rumah di kompleks perumahan mewah.

Istrinya itu memang cantik.  Di atas rata-rata. Sudah muda,  enerjik pula. Perawakannya   tinggi semampai dengan rambut hitam panjang tergerai. Ditambah kulit putih mulus dengan kedua pipi selalu berona merah.
 Plus hidung mancung dan bibir tipis berhias senyum yang sungguh  menawan.  Mirip-mirip artis sinetronlah.

Hanya  saja istri cantiknya itu punya satu kebiasaan istimewa.  Gampang buang angin.  Sering-sering anginnya meletup di luar kontrol.  Hingga tak jarang  letupannya muncul pada waktu dan tempat yang tak tepat.  

Demikianlah,  demi menambah efek romantis pada kejutannya,  si suami mengajak istrinya keluar.  

"Sayang, kita keluar yuk.  Tapi mata kamu harus ditutup ya!". Kata sang suami.  

Merasa heran,  si istri cantik bertanya:

"Kok harus ditutup sieh mas?"

"Hmmm. Pokoknya  ada sesuatu buat kamu sayang. Tapi  matanya ditutup dulu ya". Jawab suaminya mulai membangun suasana romantis.  

Mata si istri pun ditutup. Berkendara mobil suami itu membawa  istrinya menuju rumah yang akan menjadi kejutan tersebut.  Tak berapa lama mereka pun tiba.  Pelan-pelan oleh suami, istrinya dibimbing masuk ke dalam rumah.  Takut istrinya kepentok pintu atau nyundul jendela.

Sampai di dalam rumah,  tiba-tiba si istri merasa kebiasaan istimewanya mulai kambuh. Perutnya terasa mules. Sementara ia masih malu untuk terang-terangan membuka  kebiasaan   istimewanya itu di depan sang  suami.  Maklum masih pengantin baru. Maklum juga,   selama pacaran, seperti pasangan lainnya, biasanya kebanyakan pencitraan. Hal-hal baik saja yang ditampakkan.  Hal buruk sebisanya ditutupi.  

Tak mau malu ketahuan buang angin dengan letupan keras dan irama khas oleh suaminya, si istri  itu  mendapat  akal.  Ia  pura-pura meminta tolong pada suaminya untuk dibuatkan segelas teh.  Sekedar alasan supaya   suami tercintanya tak mendengar bunyi dan irama khas kentutnya.

"Mas, aku haus.  Tolong buatkan aku teh anget dong. Lagian mataku pake ditutup.  Jadinya gak bisa bikin sendiri".

Tanpa curiga suaminya pun bergegas membuatkan  segelas teh di dapur.    Begitu suaminya pergi dan merasa situasi telah aman terkendali,   si istri pun segera melepaskan tembakan bazokanya. Lumayan panjang. Keras menggelegar.  Berirama pula.  

"TUUUUUUIIIIIWWUUUUT..."

Si istri tentu saja menarik napas lega.  Bisa buang angin tanpa kedengaran suaminya.  

Selang beberapa saat,  si suami kembali ke ruang tamu.  Menyerahkan teh kepada istrinya.  Baru saja minum seteguk,  tiba-tiba si istri kembali merasa mules.  Ingin buang angin lagi.  Untung saja dia tak kehabisan akal.  Kembali untuk menghindari rasa malu, ia berkata pada suaminya.

"Mas, minumannya kurang manis
 Tambahin gula dikit dong yank"  
 

Mendengar itu,  suaminya kembali lagi ke dapur.  Namanya juga sayang istri.  Apapun permintaannya mesti dipenuhi.  Apalagi ini hanya permintaan sederhana sebelum ia memperlihatkan hadiah rumah kejutan buat istri tercintanya itu.  

Persis seperti sebelumnya.  Ketika suaminya sedang berada didapur dan merasa situasi telah aman,  si istri kembali beraksi.  Mengeluarkan rentetan tembakan salvo.  Tak kalah membahana dan berirama dengan yang pertama.  Hanya kali ini disertai aroma bernuansa jengkol. Dia sendiri sampai-sampai menutup hidungnya karena aroma yang maha dahsyat itu.

"TROOOOOOIIIWUOOT..."

Untunglah ketika suaminya datang membawa teh yang sudah ditambahkan gula sesuai pesanan,  aroma jengkolnya sudah menghilang. Si istri kembali mencicipi teh hangat itu.  Namun tak dinyana hasrat buang anginnya ternyata belum tuntas.  Perutnya masih juga terasa mules.  Masih ada sesuatu yang mendesak untuk segera dikeluarkan.  

Tak kehabisan akal,  kali ini  ia meminta suaminya untuk menambahkan teh itu dengan air dingin.  Alasannya teh buatan suaminya  itu terlalu panas untuk ukuran lidahnya.  

Tak ingin mengecewakan istrinya dan ingin segera memperlihatkan kejutan yang sudah dipersiapkan,  si suami pun kembali bergegas ke dapur.  Memenuhi keinginan istrinya itu tanpa rasa curiga sedikit pun.  

"BROBOOOT....BROOOT...BROOOOT...CREEET!!"

Untuk ketiga kalinya si istri meletupkan hasratnya. Hanya yang ketiga ini rupanya serba lebih ketimbang yang pertama dan kedua.  Lebih keras. Lebih meyakinkan.  Lebih bervariasi iramanya.  Lebih beraneka pula baunya. Begitu banyak kelebihan tembakan ketiganya ini.

Setelah itu barulah si istri benar-benar merasa lega.  Sampai-sampai teh yang baru saja ditambahkan air dingin itu dihabiskannya hanya dalam sekejap.  Tanpa ada lagi keluhan kurang manis,  terlalu panas,  atau terlalu dingin seperti  sebelumnya. Tandas.  Habis.  Ludes seketika.  Tak bersisa.

Namun sesudahnya,   hal tak  terduga kemudian terjadi.  Ketika sang  suami membuka tutup mata si istri untuk memperlihatkan  hadiah rumah kejutan itu,  si istri hanya bisa menganga. Tanpa bisa berkata-kata.  Bukan itu saja,  matanya pun ikut terbelalak. Persis seperti orang yang kesetrum arus listrik tegangan tinggi.

Suaminya sampai terheran-heran sendiri melihat ekspresi aneh  istrinya itu.  Ia memamg sejak awal sudah membayangkan kalau  istrinya pasti ternganga dan terbelalak begitu melihat hadiah rumah yang terbilang mewah itu karena suprise dan senang.  Tapi ekspresi yang diperlihatkan istrinya saat ini sama sekali   bukan menganga dan terbelalak karena senang.  Itu ekspresi terbelalak dan menganga yang lain. Itu menganga dan terbelalak karena  kaget dan malu.  

Bagaimana tidak. Begitu tutup matanya di buka,  si istri baru sadar ternyata di ruangan itu ada banyak orang. Semuanya sedang menatap dirinya dengan pandangan  aneh. Sambil senyam senyum. Sebagiannya malah nampak sekali sedang menahan tawa.    

Lebih kaget lagi ketika ia menengok ke samping.  Di situ berdiri kedua mertuanya lengkap dengan keempat adik iparnya.  

Tapi dia masih bisa menguasai diri.  Lalu bertanya pelan kepada mertuanya:

"Eng..Eng.. Bapak...Ibu...sudah lama di sini?"

Bapak  mertuanya serta merta  menjawab   dengan  nafas yang masih tersengal:

"Sudah dari sejak kentut pertama".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun