Teori attachment atau teori keterikatan adalah salah satu konsep penting dalam psikologi perkembangan yang berfokus pada hubungan emosional antara individu, khususnya antara anak dan pengasuh utama mereka. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh John Bowlby, seorang psikoanalis Inggris, dan kemudian diperluas oleh Mary Ainsworth, seorang psikolog perkembangan asal Amerika. Keduanya memberikan kontribusi signifikan dalam memahami bagaimana hubungan awal dengan pengasuh memengaruhi perkembangan emosional dan sosial seseorang sepanjang hidup.
*John Bowlby: Pencetus Teori Attachment
  John Bowlby adalah pelopor dalam pengembangan teori attachment. Ia percaya bahwa keterikatan anak dengan pengasuh utamanya, biasanya ibu, adalah kebutuhan biologis yang berfungsi untuk meningkatkan peluang bertahan hidup. Menurut Bowlby, bayi memiliki naluri bawaan untuk membentuk hubungan dekat dengan pengasuh mereka agar merasa aman dan terlindungi.
  Bowlby mengemukakan bahwa keterikatan tidak hanya penting untuk kebutuhan fisik seperti makanan dan perlindungan, tetapi juga untuk kebutuhan emosional, seperti rasa aman dan kenyamanan. Ia juga memperkenalkan konsep secure base atau "basis aman," di mana kehadiran pengasuh yang responsif memungkinkan anak untuk mengeksplorasi lingkungan dengan percaya diri.
*Bowlby membagi perkembangan keterikatan menjadi beberapa fase:
 - Fase Pra-Keterikatan (0--6 Minggu): Bayi menunjukkan perilaku yang menarik perhatian pengasuh, seperti menangis dan tersenyum, tetapi belum membedakan pengasuh utama dari orang lain.
 - Fase Keterikatan dalam Proses (6 Minggu--8 Bulan): Bayi mulai mengenali pengasuh utama mereka dan merasa lebih nyaman saat bersamanya.
 - Fase Keterikatan yang Jelas (8 Bulan--2 Tahun): Anak menunjukkan keterikatan yang kuat dengan pengasuh utama dan mungkin merasa cemas ketika berpisah darinya.
 -Fase Hubungan Timbal Balik (2 Tahun ke Atas): Anak mulai memahami bahwa pengasuh memiliki kebutuhan dan rencana sendiri, sehingga mampu menghadapi perpisahan dengan lebih baik.