Lebaran sudah lewat beberapa hari tapi masih menyisakan sepenggal cerita dari saya tentang lebaran dikampung tempat orang tua isteri.
Diceritaken...kok kaya kakek arto ya, jadi saat lebaran seperti biasanya kami sekeluarga berlebaran di tempat orang tua isteri yang kebetulan berada kurang lebih 10 km dari rumah, kalau menurut saya sih karena tidak terlalu jauh bolehlah dikatakan ini mudik ala kadarnya versi keluarga kami, ngga harus repot bawa segala macam bawaan dan persiapan yang menguras tenaga, enteng aja begitu selesai sholat ied langsung meluncur ke TKP alias ke kampung.
So karena biasanya di kampung kami sekeluarga bisa tinggal selama 7 hari, maka persiapan yang banyak paling membawa bekal baju buat anak kami,oh ya kampung nya bernama Dusun Parit Banjar Desa Kalimas Kabupaten Kubu Raya.
Pada saat Idul Fitri 1 Syawal tahun ini, menurut saya sangat beruntung sekali berada dikampung karena bertepatan dengan musim buah durian atau bahasa latinnya: "Durio zibethinus dan sebutan populernya adalah raja dari segala buah" (King of Fruit ). - Link
Jadi kegiatan saya tiap habis subuh dan sore adalah berburu durian dibelakang rumah mertua dengan menyusuri petak tanah kebun dibelakang sampai ke pohon durian.Berdasarkan pengalamaan dan pengamatan yang mendalam setiap hari memungut buah durian ini, akhirnya saya sudah berhasil memetakan lokasi dan titik jatuh buah durian itu dari pohonnya, dimana dan berapa kaki atau meter jauhnya buah durian itu jatuh dari pohon (kok kesannya seperti peneliti ya?).
Jadi hampir setiap subuh berburu buah durian, saya selalu berhasil mendapatkan buah durian yang gugur, tidak banyak memang paling banyak 8-9 butir tiap pagi, kalau sore paling banter juga mendapat sekitar 4-5 butir, tapi lumayanlah buat sarapan pagi durian bagi warga sini yang terbiasa sarapan buah durian saat musim buah ini. Tapi tidak dengan saya yang tidak terbiasa dengan sarapan buah durian tapi sarapan makan roti,bagel,pizza,telur dan segelas air jeruk....loh kok jadi kayak sarapan orang bule ngelantur nih.
Nah kalau dari lokasi kebun yang lain biasanya juga mendapat sekitar 8-9 butir tiap subuh dan tiap sore juga sama, tapi berhubung ini suasana lebaran, aseli rame karena keluarga isteri semuanya pada kumpul tiap tahun jadi walau dibanjiri durian tiap pagi dan sore selalu dan selalu licin tandas dalam satu hari buah durian tanpa ampun dijadikan sarapan bagi kami sekeluarga, paling yang tersisa cuma kulitnya doang dan durian yang buahnya agak menghitam dan tidak terlalu bagus.
Tapi untuk buah yang menghitam ini juga tidak dibuang masih bisa dimanfaatkan bagi warga sini dengan membuat nya menjadi tempoyak yaitu sejenis makanan sebagailauk teman nasi bagi warga melayu disini, kalau pembuatannyasih mudah berikut caranya:
“Adonan tempoyak dibuat dengan cara menyiapkan daging durian, baik durian lokal atau maupun durian monthong (kurang bagus karena terlalu banyak mengandung gas dan air). Durian yang dipilih diusahakan agar yang sudah masak benar, biasanya yang sudah nampak berair. Kemudian daging durian dipisahkan dari bijinya, setelah itu diberi sedikit garam. Setelah selesai, lalu ditambah dengan cabe rawit yang bisa mempercepat proses fermentasi. Namun proses fermentasi tidak bisa terlalu lama karena akan memengaruhi rasa akhir.
Setelah proses di atas selesai, adonan disimpan dalam tempat yang tertutup rapat. Diusahakan untuk disimpan dalam suhu ruangan. Bisa juga dimasukkan ke dalam kulkas (bukan freezer-nya) namun fermentasi akan berjalan lebih lambat.