Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Apakah penilaian Climate Action Tracker (CAT) terhadap Indonesia? Mengapa?

16 Juni 2024   14:04 Diperbarui: 16 Juni 2024   14:18 117 0
Menurut Penilaian Climate Action Tracker (CAT), Indonesia dinilai Sangat Tidak Cukup (Critically Insufficient) terhadap aksi iklim pada Desember 2023. Sebelum kita bahas lebih lanjut, mari kita mengetahui terlebih dahulu tentang Climate Action Tracker (CAT).

Climate Action Tracker adalah proyek ilmiah independen yang melacak tindakan pemerintah terhadap perubahan iklim dan mengukurnya sesuai dengan tujuan Perjanjian Paris yang disepakati secara global untuk "menahan pemanasan jauh di bawah 2C, dan mengupayakan upaya untuk membatasi pemanasan hingga 1,5C." Melalui kolaborasi dua organisasi, Climate Analytics dan NewClimate Institute, CAT telah menyediakan analisis independen ini kepada para pembuat kebijakan sejak tahun 2009.

CAT menilai target dan tindakan iklim negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Penilaian tersebut didasarkan pada metodologi ilmiah yang transparan, dan bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang seberapa jauh negara tersebut berada di jalur yang tepat untuk mencapai tujuan Perjanjian Paris.

Dengan kata lain, CAT berfungsi sebagai pihak independen yang menilai upaya dan kemajuan negara-negara dalam menanggulangi perubahan iklim.

Climate Action Tracker (CAT) memberikan penilaian Sangat Tidak Cukup (Critically Insufficient) terhadap aksi iklim Indonesia pada Desember 2023. Penilaian ini menunjukkan bahwa upaya dan kebijakan Indonesia saat ini jauh dari cukup untuk mencapai target emisi gas rumah kaca yang telah disepakati dalam Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.

Penilaian ini didasarkan pada beberapa faktor, antara lain :
1. Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca
Emisi gas rumah kaca Indonesia pada tahun 2022 meningkat 21% dibandingkan tahun 2021, terutama karena penggunaan batu bara yang lebih tinggi dan emisi dari pembangkit listrik batu bara off-grid telah memaksa revisi target Kemitraan Transisi Energi yang Adil (JETP), yang tidak sejalan dengan Paris. Pembangkit listrik tenaga batu bara yang tidak terhubung dengan jaringan listrik ini mendorong berkembangnya industri logam dalam negeri dan proyek infrastruktur besar untuk ibu kota baru. Industri nikel Indonesia tidak hanya akan mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunan dan transisi energi, namun juga akan memainkan peran penting dalam transisi energi global.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun