Tak ada ucap maaf dari dirimu padaku walau setengah penggal, tak ada sedikitpun tanda-tanda tubuhmu merasa rikuh kepadaku atas apa yang kau tuduhkan kepadaku hari ini.
Pertemuan hari ini di malam minggu ini hanyalah kebisuan dan tatapan saling menatap, tak ada senyum yang tersungging.
Tanganmu tak sedikitpun bergerak menyentuh tangan ini yang mengharapkan kehangatan dan sebuah pengakuan bahwa kau mempercayaiku, salah dengan dugaanmu tak beralasan.
Hingga dentangan kesepuluh kali engkaupun beranjak dari kursi, salam pamit pada kedua orang tuaku, tetap kau tak menghiraukan diriku. Sungguh rasa ini begitu pedih tak berperi, engkau masih bersikukuh dengan pikiran dan dugaanmu yang keliru.
Kuiringi langkahmu sampai teras rumah, dan kaupun berlalu begitu saja tak menoleh berlalu tergesa.
***
versi sunting
***
Tatapanmu dalam menembus, entah apa yang terbersit dipikiranmu, tajam menghunus. Tiada  kebohongan di diri ini, kau sidik tajam, entah esok jika kau terus menerus curiga padaku, aku bisa berbohong melebihi apa yang kau pikirkan.
Tak ada ucap maaf dari dirimu padaku walau setengah penggal, tak ada sedikitpun tanda-tanda tubuhmu merasa rikuh kepadaku atas apa yang kau tuduhkan kepadaku hari ini.
Pertemuan malam Minggu ini hanyalah kebisuan dan berisi tatapan demi tatapan, tiada senyum yang tersungging.
Tanganmu tidak juga bergerak untuk menyentuh tanganku, padahal aku mengharapkan kehangatan dan sebuah pengakuan. Bahwa kau memercayaiku dan mengaku salah dengan dugaanmu itu.
Hingga dentangan kesepuluh kaupun beranjak, salam pamit pada kedua orang tuaku, tetap tak menghiraukanku. Rasa ini pedih tak berperi, kau bersikukuh dengan pikiran dan dugaanmu.
Kuiringi langkahmu sampai teras rumah, dan kaupun berlalu begitu saja tak menoleh berlalu tergesa.