Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Hanya Partai Demokrat Salahkan Media

27 Juli 2011   08:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 394 0

Habis sih sekarang serba instant; ada politikus instant, ada pengusaha instant, ada wartawan instant, ada pengamat instant, ada kekayaan instant, dll. Kalau sumbernya instant jangan kaget bila suka pula “embat” makanan instant non natural (korupsi itukan proses instant). Maka harusnya back to natural supaya sehat dan cerdas ujungnya berkah.

Kembali lagi dalam acara “Talk Show Jakarta Lawyers Club-JLC” ” TV One semalam (26/7) yang dipandu Pimrednya sendiri Karni Ilyas_Bang One (berbasis Hukum dan Pers), lengkap sudah bahan bakunya itu Bang One dalam memandu acara demikian ini. Saya tidak pernah membayangkan omongan atau kesan atau emosi atau pernyataan atau keterangan (apalah namanya) seorang kader senior PD Pak Ahmad Mubarok (AM) yang bagaikan politisi muda dan lugu dengan datar-datar (tanpa diplomasi) menyalahkan media, terlebih menyorot langsung TV One dan Metro TV. Kenapa sih sekaliber Pak AM demikian, sempat sedikit bersitegang dengan Bang One dan beberapa person lainnya. Jadi siapa lagi kader PD yang piawai ??? Kalau tidak mampu mengelola emosi jangan hadiri Talk Show TV apalagi Live, masyarakat jadi menertawakan Anda semuanya, khususnya kader PD, hampir tidak ada yang berbobot alias temperamental. Terlalu menampakkan “cintanya” kepada SBY. Terlaluuuuuuuuuuuuu.

Maaf ya Pak AM, jelaslah kalau bapak sempat membaca postingan ini, maka marah jugalah bapak sama saya, karena, sesungguhnya PD dan kader-kadernya alergi kritik. Berkarya saja pastilah dapat kritik apalagi kalau hanya pencitraan dan wacana semata, oh itu makanan empuk pemberitaan, disamping memang tugasnya sebagai alat pemberitaan dan control, Ingat bahwa “pers” adalah pilar ke empat demokrasi setelah eksekutif, legislative dan yudikatif. Atau bagaimana kalau kita putar posisi saja menjadi; pers, yudikatif, legislative dan eksekutif….wah lebih gawat lagi, tapi sepertinya ini fakta, karena rakyat saat ini hanya percaya pers atau media (cetak dan elektronik), begitu kira-kira..???!!!

Semalam Pak AM sangat Nampak gerah di wajah termasuk duduknya yang tidak tenang, khususnya tentang berita Muhammad Nazaruddin (MN) di media televise yang selalu di replay. Sepertinya tidak mengerti kondisi dan realita hidup kehidupan perpolitikan dan pemberitaan terlebih Pak AM “maaf” karena bapak pintar tapi sepertinya tidak memahami bahwa hidup ini adalah sebuah proses sebab akibat. Itu dia????!!!!

Lebih heboh lagi, yang disorot Pak AM adalah khsusnya dua media elektronik (Metro TV dan TV One), dan menyanjung TV lain yang kurang memberitakan Nazaruddin, sebut misalnya RCTI, MNC, ANTV, Global TV, TransTV,dll. Ya, jelaslah…Karena Metro dan TVOne itu media yang focus pemberitaan beda yang lainnya. Apakah mereka itu tidak tau atau pura-pura tidak tau, tapi bodohlah kalau begitu. Ataukah itulah bukti keluguan atau yuniornya berpolitik para kader PD.

Terlebih dua TV itu (Metro TV dan TV One) berseberangan kepentingan politik dengan Partai Demokrat. Khusus menghadapi TVOne, mungkin Pak SBY atau kader PD nya kaget saja membandingkan saat kondisi TVOne pada pilpres 2009 lalu, yang seakan pro SBY-Budiono atau PD. Itu strategi politik Pak Aburizal Bakrie menuju Golkar-1 to RI-1, bermain dua sisi atau cari posisi aman. Karena Pak Ical melihat, menganalisa dan membaca situasi SBY-Budiono akan menang melawan JK-Wiranto saat itu. Itulah arsitektur “bangunan”politik yang tersusun rapi sejak dini. Itulah cara Ical menuju RI-1, menurut saya masih wajar-wajar saja dilakukan Ical masih dalam ranah etika “strategi” perpolitikan yang tergolong cerdas.

Kedepan, mungkin lebih atau tambah heboh lagi “pemberitaan” posisi PD menuju 2014, artinya akan bertambah kompetitornya, mungkin juga Partai Golkar dan partai lainnya akan heboh pasca lahirnya atau deklarasi (26/7) Partai NasDem punya Surya Paloh sekaligus sebagai pemilik MetroTV. Tontonan politik akan lebih seru lagi. Karena Surya Paloh dulu Pro Golkar, ya sekarang tentu Pro NasDem (terlepas baik buruknya Ormas NasDem menjadi Partai NasDem, postingan ini tidak masuk disubstansi itu, lain ponstingan nanti).

Nampak dan sangat nyata bahwa PD dibawah tangan SBY tidak atau kurang mampu melakukan “komunikasi politik” dan Pak SBY juga tidak mumpuni mengelola konfliknya terlebih konflik Negara tentunya dan Nampak didalam PD sendiri terjadi faksi pasca terpilihnya Anas Urbaningrum (entah kapan ini meledak, saya pastikan akan meledak “bom faksi” ini sebelum pemilu 2014, antara kepentingan seorang A. Mallarangeng dan Marzuki Alie, namun ini nanti akan mengerucut kesatu faksi antara kelompok AM atau MA yang akan melengserkan AU, kita tunggu predikdi ini).

Dan lebih gawat lagi, selain ketidakmampuan SBY tersebut diatas, juga lebih diperparah dengan membuat atau menciptakan konplik dengan pers….wah…wah…wah. Ini lebih bodoh lagi karena “mau” melawan pers berpolemik. Lebih focus lagi menyalahkan pers atau media, tanpa dasar atau tanpa melihat pers bekerja diatas UU.40/1999 Tentang Pers dan juga Etika Jurnalistik. Hampir semua kader democrat tidak mampu mengelola emosinya dalam berinteraksi social, politik terlebih khusus tidak mampu menerima kritikan, padahal kritik itu sebuah stimulant menuju keberhasilan.

Semua ini merupakan pertanda “alamat kiamat” sebuah komunitas politik bernama Partai Demokrat menuju kehancuran. Segeralah sadar dan berubah dengan bersahabat dunia pers atau insan pers. Berhentilah bersitegang sesama kader PD khususnya pada "Talk Show Live" ...itu berbahaya....Pak SBY tegur dengan tegas anak buahnya itu. Hancurlah Anda bila mau melawannya. Karena bila tidak, pasti Anda atau seluruh kader PD tidak akan tidur nyenyak serta makan tak enak pula. Terkecuali hanya memandang materi-materi (rumah, kendaraan, logam mulia, dll) yang telah terkumpul atau juga memandang lembar demi lembar buku tabungan atau rekening atau memandang sertifikat depositonya yang semu itu.

Trash and Entrepreneurs, GIH Foundation

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun