Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Indonesia Butuh Spritual Bukan Intelektual

17 September 2010   09:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:10 248 0
[caption id="attachment_260845" align="alignleft" width="272" caption="Butuh Moral Bukan Intelektual_googleimage.rul"][/caption]

Presiden Yudhoyono kembali mengadakan presidential lecture (15/9), layaknya kuliah di Istana. Kali ini, sebagi pembicara adalahProf. David T Ellwood, dekan di Harvard Kennedy School (sebuah kampus dimana putra SBY, Kapten Inf. Agus Harimurti Yudhoyono,pernah kuliah dan menimba ilmu). Hadir pada presidential lecture tersebut, Wapres Budiono, para Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN), Komite Inovasi Nasional (KIN), para Menteri KIB II. Ellwood berceramah tentang pengentasan kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, menciptakan lapangan pekerjaan.

Dalam kuliah atau presidential lecture sebelumnya, SBY mengundang para tokoh berpengalaman di bidangnya, sejumlah tokoh yang pernah memberikan presidential lecture di Istana Negara adalah PendiriGrameen Bank, Muhammad Yunus, Peraih Nobel Perdamaian.

Saya tidak akan membahas apa penjelasan dan trik-trik Ellwood tersebut, dalam menanggulangi kemiskinan, dlsb, semua ini merupakan langkah klise, karena ini lebih merupakan bagian dari “pencitraan” atau Pak SBY mencari pembenar dari ahli luar negeri bahwa cara yang ditempuh pemerintah Indonesia selama ini benar adanya, atau sekedar mencari pendukung menyalahkan ide lawan, seperti menyorot program BLT (ide SBY-JK juga pada KIB I), contohnya; Ellwood menyalahkan atau mengatakan BLT tidak hapus kemiskinan. Oh pastilah itu, karena BLT itu merupakan merupakan air penyegar ditengah istirahat perjalanan, anak kecil saja ngerti.

Maaf Pak SBY, acara-acara demikian ini, lebih merupakan sebuah pembuktian, bahwa negeri kita ini penuh dengan “SARJANA” atau “AHLI” namun sesungguhnya “bodoh” atau “DONGO” hanya sekedar “nama” atau lebih merupakan “topeng” saja.

Saya rasa para anggota KEN dan KIN (banyak ahli ekonomi disini, termasuk pengusaha), sedikit gerah dan bosan mendengar “celotehan” Prof. David T Ellwood atau sepakat juga dengan Pak SBY mengundang semacam ini ? buang uang saja itu Pak SBY. Kalau KEN dan KIN tidak sepakat misalnya, kenapa tidak beri saran kepada SBY, atau sudah beri saran, tapi kembali SBY tidak menerima saran Anda ? Pastinya semua “komisi, komite” atau apalah namanya (karena terlalu banyak tim di Indonesia), itu SBY buat hanya merupakan pelengkap penderita alias pendukung di ke”semu”an belaka.

Kenapa sih Pak SBY, sebagai alumni (S3> DOKTORAL) IPB, tidak bisa mencari cara atau jalan keluar untuk negeri yang bapak pimpin ini, Indonesia Negara agraris dan bapak dari alumni sebuah sekolah pertanian

terbesar di Indonesia dan disegani di dunia. Bikin malu Indonesia dan terlebih almamater saja itu namanya pak. Atau Pak SBY, bubarkan saja itu KEN dan KIN, tidak ada kerjanya juga, habis uang negara saja untuk menfasilitasinya. Ini semua yang membuat rakyat Indonesia gerah tak karuan, menciptakan kecemburuan social.

Pak SBY, Indonesia tidak butuh Intelektual, sudah banyak orang cerdas di negeri ini, Cuma tidak terpakai, karena ke”EGOis”an penguasa atau pemimpin. Indonesia butuh moral atau kepekaan spiritual dan kepekaan emosional. ESQ ini tidak ada Indonesia, sampai korupsi dimana-mana, mulai dari Jakarta sampai daerah terpencil (contoh, kasus bank century saja tidak selesai), pembunuhan, dll.

Pak SBY, Indonesia atau Istana Negara, Provinsi atau Istana Gubernur, dan Kabupaten/Kota atau Istana Walikota/Bupati tidak butuh seorang Prof. David T Ellwood, tapi Indonesia cuma butuh seorang Ary Ginanjar atau Mario Teguh (semuanya bukan professor) untuk memberi pencerahan tentang moralitas pejabat penguasa dan pengusaha. Termasuk orang-orang disekitar presiden yang ahli, agamis tapi membiarkan atau meng”amin”kan “kekeliruan” itu terjadi. Naudzubillah.

Kenapa kemiskinan, lapangan kerja tidak bertambah serta rakyat tidak sejahtera, karena perbuatan KKN para pejabat yang sangat menggila di republic ini, dari pusat sampai daerah. Jadi negeri ini tidak akan stabil bila para koruptor tidak di hukum mati (ekstrim) atau beri hukuman social, bekerja jadi tukang sampah atau asongan (mungkin ini manusiawi) bagi seorang koruptor.

Pak SBY, sebagai anak bangsa yang bodoh tanpa pendidikan, saya beri saran dan solusi untuk Indonesia keluar dari kemiskinan, terbuka lapangan kerja, selanjutnya rakyatmu jadi sejahtera yaitu; Introspeksi diri melalui terapi moral dan secara teknisnya, bangun pertanian Indonesia melalui agribisnis (buat grand design tentang agribisnis), hanya itu satu-satunya jalan untuk Indonesia yang negara agraris ini. Ga usah bertele-tele undang sana sini, buat banyak komite dan sebagainya, itu merupakan sandiwara dan membuat rakyat saja semakin tidak percaya presidennya.

Maaf Pak SBY…!!! Jangan tersinggung lagi kalau dikritisi, karena benar lho, kami sebagai rakyat bodoh, selalu bingung saja melihat dan mencermati langkah-langkah strategis bapak selaku pemimpin negara besar yang bernama Indonesia ini. Ini juga merupak control yang harus bapak terima, karena bapak dipilih oleh rakyat. Kami sadar punya wakil di DPR tapi, kami juga sudah tidak percaya lagi. Jadi jangan heran kalau rakyat suatu saat akan menggugat. Tapi semoga dengan cara cerdas dan agamis.

Satu titipan dari rakyatmu Pak SBY “pimpinlah negeri ini dengan kejujuran”. Pak SBY, tolong sampaikan pula kepada para Gubernur/Walikota dan Bupati di seluruh Indonesia bahwa “berhentilah KKN”, karena kemiskinan, lapangan kerja, kesejahteraan tidak akan tercapai” dan “janganlah konsisten pada inkonsistensi”

asrulhoeseinbrother

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun